![]() |
Jasmine dari Purworejo |
Dengan karya pantomim berjudul “Sakit Gigi dan Mimpi Besarku”, Jasmine tampil memikat lewat ekspresi yang kuat, gerak tubuh yang terukur, dan kostum unik yang menyatu dengan narasi. Aksi seninya tidak hanya menghibur, namun juga menyentuh hati para penonton dan dewan juri.
Tak sendirian, Jasmine didukung puluhan warga dan teman-temannya yang datang langsung dari Purworejo. Suara dukungan dan semangat dari tribun seolah menjadi bahan bakar yang menyulut performanya di atas panggung. Meskipun harus puas di posisi runner-up bersama peserta asal daerah lain, Rafa, Jasmine berhasil meraih simpati dan tepuk tangan panjang dari hadirin.
Sementara itu, gelar Juara 1 diraih oleh Zea dari Yogyakarta yang juga menampilkan karya penuh makna. Ketiga finalis berhasil menghadirkan pertunjukan yang tidak hanya indah secara visual, tetapi juga menyampaikan pesan yang kuat: bahwa mimpi besar bisa lahir dari panggung kecil sekalipun.
Salah satu dewan juri, seniman teater nasional Brotowijayanto, memberikan apresiasi khusus terhadap partisipasi dari Kabupaten Purworejo.
“Jarak bukan menjadi halangan. Purworejo sangat luar biasa dalam ajang Sowan Bocah ini. Kehadiran mereka membawa semangat tersendiri,” ujarnya.
Ia menekankan bahwa Sowan Bocah bukan sekadar ajang lomba, melainkan ruang tumbuh bagi anak-anak yang ingin terus berkarya.
“Bukan sekali tampil lalu selesai. Anak-anak perlu membuktikan karya mereka berkali-kali. Dan Sowan Bocah adalah pintu menuju itu.”
Senada dengan itu, penggiat teater asal Purworejo, Achmad Fajar Chalik, juga menyampaikan kebanggaannya atas pencapaian Jasmine.
“Ini bukan hanya kemenangan pribadi, tapi juga kebanggaan bagi dunia seni pertunjukan Purworejo. Jasmine adalah bukti bahwa bakat yang diasah sejak dini dengan dukungan komunitas bisa menembus panggung nasional,” ujarnya.
Final Sowan Bocah 2025 menjadi bukti bahwa pantomim masih memiliki tempat di hati generasi muda. Di tengah derasnya arus hiburan digital, Jasmine dan para finalis lainnya mengingatkan bahwa ekspresi tanpa kata tetap punya kekuatan untuk menggerakkan perasaan—dan memberi ruang bagi mimpi besar yang tak pernah padam.