![]() |
Goa Silawang: Wisata Bersejarah di Desa Kaliglagah |
Goa Silawang merupakan sebuah situs yang hingga kini masih menyimpan misteri sejarah Di dalam goa terdapat lingga dan yoni, serta bekas tempat pemujaan yang masih utuh. Dari tiga pintu goa yang ada, hanya dua saja yang masih bisa dimasuki oleh pengunjung.
![]() |
tim Pituruh News saat mengunjungi wisata goa silawang |
Menurut penelitian arkeologi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), diperkirakan masih terdapat goa-goa sejenis di wilayah Kaliglagah, termasuk di sekitar Goa Silembu, yang hingga kini belum ditemukan lokasi pastinya.
Selain goa, Desa Kaliglagah juga menyimpan jejak sejarah melalui keberadaan makam-makam tokoh desa seperti Mbah Sapujangga, Trangguli, Suji, Jangkung, dan Mbah Prajurit. Menariknya, lokasi makam-makam tersebut mengelilingi desa seolah menjadi tanda akan adanya sejarah besar yang belum terungkap.
Desa ini juga memiliki mitos tentang kawanan kera abu-abu yang mendiami pegunungan. Menurut cerita Mbah Kromorejo, salah satu tetua desa, dahulu ratusan kera sering terlihat berkeliaran di sekitar desa. Kini jumlahnya diyakini tinggal puluhan dan jarang menampakkan diri. Konon, kawanan kera tersebut memiliki tabiat layaknya manusia. Dalam cerita rakyat setempat, pernah ada kejadian seorang perempuan yang masuk hutan sendirian dan diserang oleh kera, namun tidak dibunuh. Peristiwa serupa disebutkan terjadi lebih dari sekali di wilayah hutan Ngigir, sehingga hingga kini perempuan yang memasuki hutan masih diingatkan agar berhati-hati.
Kawasan perbukitan Kaliglagah sebenarnya memiliki potensi wisata alam yang besar. Hutan pinus, lereng-lereng bukit yang terjal, serta suasana pegunungan yang sejuk menjadikannya cocok untuk wisata tracking atau susur alam. Pada musim hujan, dari sisi timur bukit dapat terlihat air terjun indah yang masuk wilayah Desa Sukogelap.
Selain potensi wisata, masyarakat Kaliglagah juga menggantungkan hidup dari berbagai hasil bumi seperti : tanaman kapulogo yang tumbuh subur di sela-sela hutan pinus dan memiliki nilai ekonomi tinggi, tanaman gadung yang diolah menjadi kerupuk gadung saat musim kemarau, batu split dari aliran sungai yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan bangunan dan memberikan kesejahteraan bagi warga.
Penulis: Wahyu Setyowanti