Notification

×

Iklan


Situs Sejarah Peninggalan Presiden Soekarno di Ngandagan, Pituruh terbengkalai dengan kondisi memprihatinkan

Jumat, 03 November 2017 | 22:19 WIB Last Updated 2018-03-17T02:08:46Z
Situs peninggalan Bung Karno di Ngandagan

Ngandagan - Situs Sejarah peninggalan presiden Ir.Soekarno di desa ngandagan, kecamatan pituruh, pada jaman kejayaanya sekitar tahun 1947, merupakan satu-satunya desa di Kecamatan Pituruh yang pernah dikunjungi oleh Presiden RI yang pertama Ir. Soekarno.

Dibawah kepemimpinan seorang Glondhong (lurah) yang jujur, cerdas, bijaksana dan “mumpuni” bernama Sumotirto dengan nama kecil Mardikun (1946-1963) Desa Ngandagan menjadi sebuah desa percontohan yang sangat terkenal. 

Pada tahun 1960 seorang mahasiswa pernah melakukan penelitian (1961-1981) hasilnya : Land Reform in a Javanese Village Ngandagan : a case study on the role of Lurah in decision making prosess dan pada tahun 2009 kembali muncul dengan Judul Dari Desa ke Agenda Bangsa (Dari Ngandagan Jawa Tengah sampai Porto Alegre Brazil) siapa lagi penulisnya kalau bukan (Dr. HC) Ir. Gunawan Wiradi M. Soc. S.c yang cukup dikenal di IPB Bogor.

Menurut sejarah Ketenaran Desa Ngandagan sebagai desa percontohan memberikan daya tarik tersendiri bagi Presiden Soekarno kala itu. Ir. Soekarno mengunjungi Desa Ngandagan pada tahun 1947. Tujuan kunjungan tersebut adalah untuk meninjau keberhasilan proyek pertanian jeruk dan perikanan di Desa Ngandagan. Selain itu ada cerita juga bahwa Presiden Soekarno dan Glondhong Sumotirto pernah belajar pada “Guru” yang sama. Sebagaiman layaknya ketika suatu daerah akan mendapat kunjungan dari Sang Presiden. Sepanjang jalan dari arah Kemiri sampai Pituruh didirikan posko-posko penyambutan. Beragam kesenian tradisional memamerkan kepiawaiannya. Bermacam-macam hasil pertanian unggulan dipamerkan dan warga yang berminat dipersilahkan menikmati secara cuma-cuma.

"Pada saat Kunjungan beliau dan rombongan dengan meninjau tempat peristirahatan di Gunung Pencu. Presiden Soekarno menguji kepandaian warga desa. “Ayo sapa sing bisa nulis jenengku …maju ! Maka majulah salah seorang sukarelawan menulis Sukarno dengan aksara jawa. Namun ada kesalahan dalam menulis nama Soekarno, karena didepan huruf “Sa” yang disuku kelebihan huruf “Ha”, sehingga bunyinya “* Sukarno” dan semua yang hadir tertawa. Yang menarik Presiden Soekarno tidak marah bahkan memaklumi dan ikut tertawa. Kemudian Presiden Soekarno dengan sabar membimbingnya sambil menulis “ Sa disuku unine apa..? secara serentak masyarakat yang hadir menjawab Su…, banjur Ka dilayar Kar…, terus Na ditaling lan diwenehi tarung diwaca No… dadi wacane Su-kar-no”. Rakyat pun senang karena dibimbing Presiden Soekarno. Bapak saya sendiri juga menyaksikan beliau ketika memasuki Gua Gunung Pencu melalui pintu sebelah timur, karena pintunya cukup rendah untuk ukuran Presiden Soekarno, maka beliau harus menunduk dan melepas kopiahnya."





Tempat Presiden Ir.Soekarno pada waktu itu untuk menikmati kesejukan pada pintu sebelah timur Gunung Pencu kini ditumbuhi semak-semak . Lorong bagian dalam batu cadasnya diselimuti lumut dan akar-akar pohon menyembul disela-selanya.

Salah seorang anggota karangturuna desa ngandagan menuturkan , Firman "kondisi ini kurang terawat dikarena untuk jangkauan menuju lokasi medannya sedikit membahayakan. Saya menginginkan untuk dinas yang berwenang menangani situs sejarah agar  di perhatikan dan di rawat. Karagtaruna memiliki rencana akan melakukan penanganan demi menjaga dan melestarikan situs bersejarah ini. Dan berharap segera terlealisasi. Ungkapnya. 

Berbagai situs yang berada di pituruh , mulai dari Gua Gong, Silumbu dan Watu Lawang yang terdapat di sebelah utara Desa Ngandagan.

Namun sangat di sayangkan saat ini kondisinya memprihatinkan. Disana sini ditumbuhi semak, beberapa bangunan hancur, dan tulisan pembangkit semangat perjuangan 45 mulai memudar tergerus hujan dan lumut. 

Dari sejerah tentang peninggalan situs bung karno ini sudah banyak yang merepost dan in merupakan sejarah yang perlu diketahui untuk warga dan masyarakat indonesia. Dan sangat disayangkan  situs ini belum banyak yang mengetauinya bahwa di kecamatan pituruh pernah di kunjungi oleh presiden petama indonesia. kurangnya perhatian dari pemerintah salah satunya peninggalan situs ini tidak terawat dengan baik. Untuk pihak-pihak terkait untuk menyelamatkan bukti peninggalan sejarah tersebut, dan kita bisa mempelajari konsep pengembangan Desa Ngadagan waktu itu, Dan berpotensi untuk dikembangkan menjadi tempat wisata alternatif di Purworejo sangat memungkinkan. (lf)

Iklan

×
Berita Terbaru Update