Notification

×

Iklan

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

Kamis, 13 Juli 2023 | 07:04 WIB Last Updated 2024-02-13T08:27:43Z

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah  menerapkan implementasi model pembelajaran berbasis proyek untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif. Dengan demikian dapat diketahui tahapan implementasi model pembelajaran berbasis proyek dan peningkatan yang diperoleh.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2022/2023 yaitu antara bulan JanuariJuni 2023. Desain penelitian merupakan uraian tentang pelaksanaan penelitian yang terdiri dari langkah-langkah penelitian mulai dari awal hingga akhir penelitian. Tahap– tahap penelitian ini secara umum dibagi menjadi 3 tahap utama yaitu tahap pra lapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data. Sumber data didapat dari hasil observasi dan wawancara. Subyek dalam penelitian ini adalah 19 siswa kelas III SDN 4 Pucungbedug, Kabupaten Banjarnegara.  Teknik pengumpulan data yang akan digunakan peneliti adalah dengan metode observasi dan wawancara.

Kemampuan Berpikir Kreatif kategori Sangat Baik meningkat dari 1,3 menjadi 4,3, kategori Baik meningkat dari 9,3 menjadi 11,7, kategori Cukup menurun dari 4,0 menjadi 3,0, sedangkan kategori Kurang turun dari 3,3 menjadi tidak ada sama sekali. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa menunjukkan bahwa impelementasi model pembelajaran berbasis proyek dapat dinyatakan berhasil dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik di SDN 4 Pucungbedug.

 

Kata Kunci: model pembelajaran berbasis proyek, kemampuan berpikir kreatif

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu hal yang sangat penting dalam menghadapi era persaingan global adalah kemampuan berpikir kreatif  bagi peserta didik. Berfikir kreatif tergolong  kompetensi tingkat tinggi (high order competencies) selain kompetensi berpikir kritis. Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan untuk menghasilkan ide atau cara baru dalam menghasilkan suatu produk atau gagasan tertentu. Ciri kemampuan berpikir kreatif antara lain mampu mencetuskan banyak gagasan, jawaban, pertanyaan, atau penyelesaian masalah, memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal, dan mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran. Seperti yang dijelaskan Harriman (2017:120), bahwa berpikir kreatif adalah suatu pemikiran yang berusaha menciptakan gagasan yang baru. Berpikir kreatif merupakan serangkaian proses, termasuk memahami masalah, membuat tebakan dan hipotesis tentang masalah, mencari jawaban, mengusulkan bukti, dan akhirnya melaporkan hasilnya.

Permendiknas Nomor 69 Tahun 2013 menyebutkan bahwa salah satu tujuan adanya kurikulum 2013 adalah menciptakan peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir kreatif. Peserta didik yang saat ini adalah generasi masa depan yang harus dibekali dengan berbagai kemampuan agar dapat beradaptasi dan bersaing pada jamannya.

Menurut Kementerian Pendidikan Nasional (2010: 27), guru diharapkan menciptakan situasi kelas yang mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.  Seiring kemajuan zaman di dunia pendidikan yang semakin berkembang, berdasarkan keterampilan abad 21 yang meliputi communication dan collaboration,critical thinking dan problem solving, dan creativity dan inovation inovation (Nugroho dan Nurcahyo, 2018). Pendidikan yang dilaksanakan di abad 21 seharusnya lebih memfokuskan kepada melahirkan peserta didik yang memiliki keterampilan abad 21. Menurut Sari dan Trisnawati (2019) keterampilan abad 21 meliputi keterampilan critical thinking, creativity dan problem solving. Berpikir Kreatif (Creative Thinking) adalah salah satu aspek penting untuk dimiliki peserta didik. Berpikir kreatif diperlukan oleh peserta didik bukan hanya untuk memperdalam pengalaman belajar, tetapi juga untuk menghadapi suatu permasalahan di dalam proses pembelajaran. Dimana pendidikan  adalah wadah untuk mengkondisikan kemampuan berpikir kreatif, sehingga menjadi proses untuk membantu mengembangkan potensi diri untuk menghadapi segala perubahan dan permasalahan (Susanto, dkk 2020). Dengan demikian seorang guru harus senantiasa memperbarui kemampuannya dalam mengajar agar peserta didik yang dihasilkan pun menjadi output yang tangguh.

Akan tetapi pada kenyataannya sebagian besar peserta didik masih sangat rendah kemampuan berpikir kreatifnya. Seperti yang dialami oleh peserta didik kelas III di SD Negeri 4 Pucungbedug, Kecamatan Purwaranegara Kabupaten Banjarnegara. Hasil pelaksanaan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila atau disingkat P5 pada semester II dengan tema gaya hidup berkelanjutan. Dimensi yang diambil dalam kegiatan tersebut adalah gotong royong dan kreatif. Tujuan dari penentuan dimensti tersebut agar tumbuh kemampuan gotong royong dan berpikir kreatif dalam diri peserta didik. Hasil menunjukkan bahwa dimensi gotong royong sudah sesuai dengan yang diharapkan akan tetapi pada dimensi kreatif masih sangat rendah. Dari 19 peserta didik, hanya 26% yang kemampuan berpikir kreatifnya tergolong kategori Baik terlihat pada indikator mampu mencetuskan gagasan dan menyelesaikan masalah belum muncul pada diri siswa.

Padahal dijelaskan pula dalam Keputusan Kepala BSKAP Nomor 009/H/KR/2022 tentang Dimensi, Elemen, Sub Elemen Profil Pelajar Pancasila pada Kurikulum Merdeka, bahwa ada 6 dimensi Profil Pancasila yaitu dimensi 1) beriman bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, 2) mandiri, 3) bergotong-royong, 4) berkebhinekaan global, 5) bernalar kritis, dan 6) kreatif. Dimensi kreatif itu sendiri mencakup tiga elemen yaitu menghasilkan gagasan yang orisinil, menghasilkan karya dan tindakan yang orisinil, dan memiliki keluwesan berpikir dalam mencari alternatif solusi permasalahan.

Berdasarkan pengamatan dan wawancara, kemampuan berpikir kreatif disebabkan oleh kurangnya dorongan atau motivasi untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan guru masih mempraktikkan pembelajaran teacher center. Pembelajaran teacher center adalah pembelajaran yang hanya berpusat pada guru. Di sini siswa hanya sebagai objek pembelajar, sedangkan guru menjadi satu-satunya sumber ilmu. Metode teacher center bagi peserta didik sekolah dasar hanya dengan bentuk ceramah saat mengikuti pelajaran. Siswa hanya mendengarkan dan sebatas memahami dan menuliskan catatannya. Sehingga praktik pembelajaran yang seperti ini belum dapat dikatakan meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

Berdasarkan latarbelakang tersebut, untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik maka perlu diimplementasikan model pembelajaran berbasis proyek untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik. Karena pembelajaran berbasis proyek memberikan kesempatan peserta didik dalam merancang tugas dan mengambil informasi untuk diimplementasikan pada kehidupan sehari-hari. Pembelajaran proyek membantu peserta didik memperoleh berbagai pengalaman, pengetahuan keterampilan dan sikap. Motivasi peserta didik dapat ditingkatkan melalui pembelajaran berbasis proyek (Handayani 2020).

Solusi tersebut diharapkan dapat meningkatkan kemampuan kreatif siswa melalui implementasi model pembelajaran berbasis proyek.

 

KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Model Pembelajaran Berbasis Proyek

Mulyasa (2014: 145) mengatakan Project Based Learning, atau PJBL adalah model pembelajaran yang bertujuan untuk memfokuskan pserta didik pada permasalahan kompleks yang diperlukan dalam melakukan investigasi dan memahami pelajaran melalui investigasi. Model ini juga bertujuan untuk membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan serbagai subyek (materi) kurikulum, memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif.

Fathurrohman (2016: 119) juga mengatakan bahwa pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang menggunakan proyek/ Kegiatan sebagai sarana pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Pembelajaran ini adalag ganti dari pembelajaran yang masih terpusat pada guru. Penekanan pembelajaran ini terletak pada aktivitas perserta didik yang pada akhir pembelajaran dapat menghasilkan produk yang bisa bermakna dan bermanfaat.

Berdasarkan beberapa pengertian para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Project Based Learning adalah model pembelajaran berpusat pada siswa yaitu berangkat dari suatu latar belakang masalah, yang kemudian dilanjutkan dengan investigasi supaya peserta didik memperoleh pengalaman baru dari beraktivitas secara nyata dalam proses pembelajaran dan dapat menghasilakan suatu proyek untuk mencapai kompetensi aspektif, kognitif, dan psikomotorik. Hasil akhir dari kerja proyek tersebut adalah suatu produk yang antara lain berupa laporan tertulis atau lisan, presentasi atau rekomendasi.

Menurut Fathurrohman (2016: 121-122) prinsip yang mendasari pembelajaran berbasis proyek adalah sebagai berikut: a. Pembelajaran berpusat pada peserta didik yang melibatkan tugas tugas pada kehidupan nyata untuk memperkaya pelajaran b. Tugas proyek menakankan pada kegiatan penelitian berdasarkan suatu tema atau topik yang telah ditentukan dalam pembelajaran. c. Penyelidikan atau eksperimen dilakukan secara autentik dengan menghasilkan produk nyata yang telah dianalisis dan dikembangkan berdasarkan tema atatu topik yang disusun dalam bentuk produk (laporan tatu hasil karya) d. Kurikulum. PJBL tidak seperti pada kurikulum tradisional karena memerlukan strategi sasaran dimana proyek sebagai pusat e. Responbility. PJBL menekankan responbility dan answerbility para peserta didik ke diri panutannya f. Realisme. Kegiatan peserta didik difokuskan pada pekerjaan yang serupa dengan situasi yang sebenarnya. Aktivitas ini mengintegrasikan tugas autentik dan menghasilkan sikap profesional g. Active learning. Menumbuhkan isu yang berujung pada pertanyaan dan keinginan peserta didik untuk menentukan jawaban yang relevan sehingga terjadi proses pembelajaran yang mandiri h. Umpan balik. Diskusi. Presentasi dan evaluasi terhadap peserta didik menghasilkan umpan balik yang berharga. Hal ini mendorong ke arah pembelajaran berdasarkan pengalaman. i. Keterampilan umum. PJBL dilkembangkan tidak hanya pada keterampilan pokok dan pengerahuan saja, tetapi juga mempunyai pengaruh besar terhadap keterampilan mendasar seperti pemecahan masalah, kerja kelompok, dan self menegement j. Driving question. PJBL difokuskan pada pertanyaan atau permsalahan yang memicu peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan dengan konsep, prinsip, dan ilmu pengetahuan yang sesuai k. Constructive investigation. PJBL sebagai titk pusat, proyek harus disesuaikan dengan pengetahuan peserta didik. Proyek menjadikan aktivitas peserta didik yang penting.

 

Kemampuan berpikir kreatif

Menurut Syofyan dan Ismail (2018) kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan untuk menganalisa ketika dihadapkan suatu permasalahan dengan mencari solusi bagaimana menyelesaikan permasalahan tersebut. Lebih lanjut menurut permasalahan tersebut. Lebih lanjut menurut Manurung (2018) untuk menghadapi persaingan di zaman yang semakin maju dibutuhkan kemampuan berpikir kreatif yang diperoleh dari pendidikan, sehingga diharapkan nantinya peserta didik mampu dan sudah siap dalam menghadapi persaingan di dunia luar. Adapun Menurut Jamaris (Nuraini, Hartati, & Sihadi, 2020) indikator berpikir kreatif, diatarannya : 1. Fluency, yaitu kemampuan memberikan ide dengan benar dan sesuai 2. Flexibility, yaitu kemampuan menyelesaikan soal lebih dari satu cara 3. Originality, yaitu kemampuan memberikan jawaban yang berbeda 4. Elaborasi, yaitu kemampuan memperinci jawaban dengan benar dan sesuai.

Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan yang melibatkan kecerdasan yang berkembang dalam diri individu, dalam bentuk sikap, kebiasaan, dan tindakan dalam melahirkan sesuatu yang baru dan original untuk memecahkan masalah (Sudarma, 2013: 21).

Selain pendapat dari pakar, penelitian ini merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Mursidik dkk yang berjudul Kemampuan Berpikir Kreatif dalam Memecahkan Masalah Matematika Open-Ended Ditinjau dari Tingkat Kemampuan Matematika pada Siswa Sekolah Dasar. Dalam penelitiannya, salah satu model pembelajaran berbasis proyek yaitu Open-Ended dijelaskan telah berhasil dalam meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif. Kemampuan berpikir kreatif siswa untuk kategori tinggi pada aspek berpikir lancer sangat baik karena siswa kategori tinggi mampu memunculkan lebih dari satu ide dalam menyelesaikan masalah matematika open-ended.

Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Surya (2018) yang menyatakan bahwa penggunaan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) dapat meningkatkan hasil belajar dan kreatifitas siswa kelas III SD Negeri Sidorejo Lor 01 Salatiga, Semester II Tahun pelajaran 2018/2019. Hal ini terlihat pada peningkatan hasil belajar siswa yakni pada pra siklus ketuntasan belajar siswa sebesar 46% lalu meningkat sebesar 72% pada Siklus I dan meningkat lagi pada Siklus II sebesar 92% ketuntasan belajar siswa.

 

Kerangka Berpikir

Berdasarkan pendapat para ahli dan para peneliti sebelumnya, maka implementasi dari model pembelajaran berbasis proyek perlu diterapkan dalam pembelajaran karena diduga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik. Model pembelajaran berbasis proyek diterapkan karena memiliki keunggulan (Murniati, Eti (2015) diantaranya: (1) Melatih peserta didik  untuk menggunakan reasoning dalam mengatasi persoalan bisnis; (2) Melatih peserta dalam membuat hipotesis dalam pemecahan masalah berdasarkan konsep bisnis yang sederhana; (3) melatih kemampuan berpikir kritis dan kontekstual dengan permasalahan-permasalahan bisnis real yang dihadapi; (4) Melatih peserta didik melakukan uji coba dalam pembuktian hipotesis; (5) Melatih dalam pengambilan keputusan tentang pemecahan masalah dengan cara: (a) Mendorong peserta didik ikut berpartisipasi aktif dan konsentrasi dalam diskusi; (b) Merangsang peserta didik untuk berpikir dengan mengembalikan pertanyaan kepada mereka; (c) Mendorong peserta didik membuat analisis masalah, sintesis masalah, melakukan evaluasi, dan menyusun ringkasan hasil evaluasi; dan (c) Membantu peserta didik dalam mengidentifikasi sumber, referensi, dan prinsip (materi) salam mengkajipermasalahan dan alternative pemecahan masalah.

Langkah-langkah implementasi pembelajaran berbasis proyek  menurut Devi, (2019) Langkah-langkah model Project Based Learning meliputi: (1) pertanyaan mendasar yaitu pemberian rangsangan  pembelajaran berupa pertanyaan kepada  siswa sehingga siswa timbul rasa ingin tahu untuk  melakukan penyelidikan; (2) mendesain perencanaan proyek yaitu pemberian kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi masalah dan dirumaskan dalam bentuk hipotesis dan  rencana kerja berproyek; (3) menyusun jadwal yaitu menentukan waktu kerja proyek; (4) memonitor siswa yaitu tindakan pemantauan untuk mengurangi risiko kesalahan berproyek;  (5)menguji hasil yaitu pembuktian benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan; (6) menarik kesimpulan (generalization)  yaitu proses penarikan  kesimpulan  dari  hal  yang  dilakukan. 

Adapun sintak pembelajaran berbasis proyek dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

1.      Menentukan pertanyaan mendasar

2.      Mendesain perencanaan proyek

3.      Menyusun jadwal

4.      Monitoring dan evaluasi peserta didik dan perkembangan proyek yang dijalankan

5.      Pengujian hasil

6.      Evaluasi pengalaman

Sintakmatik tersebut dapat dilihat secara jelas dalam bagan di bawah ini:

Bagan 1.1 Sintakmatik Pembelajaran Berbasis Proyek

 

METODE PENELITIAN

Berdasarkan pada tujuan penelitian, yaitu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa Sekolah Dasar di kelas III SD Negeri 4 Pucungbedug melalui model pembelajaran berbasis proyek, maka jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang prosedur penelitiannya menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan yang dapat diamati. Penelitian ini dilaksanakan di SDN 4 Pucungbedug, Tahun Pelajaran 2022/2023. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2022/2023 yaitu antara bulan JanuariJuni 2023. Desain penelitian merupakan uraian tentang pelaksanaan penelitian yang terdiri dari langkah-langkah penelitian mulai dari awal hingga akhir penelitian. Tahap– tahap penelitian ini secara umum dibagi menjadi 6 tahap yaitu Mendesain perencanaan proyek, Menyusun jadwal, Monitoring dan evaluasi peserta didik dan perkembangan proyek yang dijalankan, Pengujian hasil, Evaluasi pengalaman, dan tahap analisis data.

Sumber data didapat dari hasil observasi, tes, dan wawancara. Subyek dalam penelitian ini adalah 19 siswa kelas III SDN 4 Pucungbedug, Kabupaten Banjarnegara.  Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang akan digunakan peneliti adalah dengan metode observasi, tes dan wawancara. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi partisipatif kategori aktif. Karena dengan observasi ini lebih tepat digunakan dalam penelitian. Peneliti datang ketempat penelitian dan ikut melaksanakan apa yang dilakukan oleh nara sumber atau sumber data. Salah satu teknik yang dapat digunakan untuk memeriksa keabsahan data  adalah dengan triangulasi. Menurut Sugiyono (2006:241), triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kreadibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data. analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah di lapangan. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan analisis data pada saat di lapangan. aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus.

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebelum dilaksanakan implementasi model pembelajaran diketahui data kemampuan berpikir kreatif dalam tabel berikut:

Tabel 1.1 Kemampuan Berpikir Kreatif Sebelum Dilakukan Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Proyek

No

Indikator

Kategori

SB

B

C

K

1

Menghasilkan gagasan yang orisinil

1

11

3

1

2

Menghasilkan karya dan tindakan yang orisinil

3

8

4

4

3

Memiliki keluwesan berpikir dalam mencari alternatif solusi permasalahan

0

9

5

5

Rerata

1,3

9,3

4,0

3,3

 

Dari tabel tersebut diketahui rerata dari indikator kemampuan berpikir kreatif kategori Sangat Baik 1,3, Baik 9,3, Cukup 4,0, dan Kurang 3,3.

Sedangkan setelah dilakukan model pembelajaran berbasis proyek, data hasil observasi peserta didik Kelas III di SDN 4 Pucungbedug dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.2 Kemampuan Berpikir Kreatif Setelah Dilakukan Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Proyek

No

Indikator

Kategori

SB

B

C

K

1

Menghasilkan gagasan yang orisinil

4

11

3

1

2

Menghasilkan karya dan tindakan yang orisinil

5

10

4

0

3

Memiliki keluwesan berpikir dalam mencari alternatif solusi permasalahan

4

13

2

0

Rerata

4,3

11,3

3,0

0,3

 

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa rerata dari kemampuan berpikir kreatif kategori Sangat baik 4,3, Baik 11,3, Cukup 3,0, dan Kurang 0,3. Hal ini berarti menunjukkan peningkatan kemampuan berpikir kreatif yang dapat dilihat dengan jelas pada tabel berikut ini:

Diagram 1.1 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif

Pada diagram di atas dapat dilihat Kemampuan Berpikir Kreatif kategori Sangat Baik meningkat dari 1,3 menjadi 4,3, kategori Baik meningkat dari 9,3 menjadi 11,7, kategori Cukup menurun dari 4,0 menjadi 3,0, sedangkan kategori Kurang turun dari 3,3 menjadi tidak ada sama sekali.

Dari data yang sudah dipaparkan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa menunjukkan bahwa impelementasi model pembelajaran berbasis proyek dapat dinyatakan berhasil dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik di SDN 4 Pucungbedug.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan, implikasi dari penelitian ini terdiri dari implikasi teoretis dan implikasi praktis. Adapun implikasi teoretis dalam penelitian ini yaitu kemampuan berpikir kreatif meningkat setelah diterapkan model pembelajaran berbasis proyek. Sedangkan implikasi praktis dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran berbasis proyek dapat dijadikan refrensi bagi guru untuk meningkatkan kompetensi berpikir kreatif menjadi lebih baik.

 

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa implementasi model pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik kelas III di SDN 4 Pucungbedug. Kemampuan berpikir kreatif peserta didik meningkat dari 31% kategori Baik pada pembelajaran sebelumnya menjadi 68% pada pembelajaran yang mengimplementasikan model pembelajaran berbasis proyek.

Saran

Kemampuan berpikir kreatif siswa yang berkategori Kurang, masih perlu mendapat perhatian yang lebih. Penelitian selanjutnya memfokuskan pada indikator kemampuan berpikir kreatif lainnya agar output dari peserta didik kita akan semakin baik.

Tidak menutup kemungkinan juga bahwa penelitian berikutnya menggunakan metode pembelajaran yang lain untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik. Hasil dari penelitian dapat didiseminasikan kepada rekan kerja atau guru di sekolah yang lain agar lebih banyak mendapat masukan dan ilmu yang diperoleh dapat diimplementasikan guru lainnya.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Fathurrohman, Muhammad. 2016. Model-model Pembelajaran Inovatif. Yogyayakarta: Ar-ruzz Media

 

Handayani, Ririn.2020. Metodologi Penelitian Sosial. Yogyakarta: Trussmedia

 

Harriman. 2017. Panduan untuk Memahami Istilah Psikologi. Jakarta: Restu. Agung.

 

Keputusan Kepala BSKAP Nomor 009/H/KR/2022 tentang Dimensi, Elemen, Sub Elemen Profil Pelajar Pancasila pada Kurikulum Merdeka

 

Mulyasa. 2014. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja Rosdakarya

Fathurrohman (2016

 

Nugroho, O. F., & Nurcahyo, M. A. 2018. Analisis Literasi Pendidikan STEM pada Siswa dan Pemahaman Konsep IPA Melalui Peta Konsep di SDN Palasari II. Thabiea : Journal of Natural Science Teaching, 01(02), 121–124.

 

Nuraini, Y., Hartati, S., & Sihadi. 2020. Memacu Kreativitas Melalui Bermain (Ke-1). Jakarta: PT Bumi AksaraSudarma, 2013

 

Permendiknas Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka dan Stuktur Kurikulum

 

Sari, A. K., & Trisnawati, W. (2019). Integrasi Keterampilan Abad 21 Dalam Modul Sociolinguistics: Keterampilan 4C (Collaboration, Communication, Critical Thinking, dan Creativity). Jurnal Muara Pendidikan, 4(2).

 

Surya, A. P., Relmasira, S. C., & Hardini, A. T. A. 2018. Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dan Kreatifitas Siswa Kelas III SD Negeri Sidorejo Lor 01 Salatiga. Jurnal Pesona Dasar, 6(1), 41–54.Murniati, Eti (2015

 

Susanto 2020, Teori Belajar dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

 

Iklan

×
Berita Terbaru Update