![]() |
DPD Persatuan Penjahit Indonesia Raya (PIR) Kabupaten Purworejo |
Berbeda dari pendekatan yang selama ini terpusat, DPD PIR Purworejo menunjukkan bahwa kekuatan pembangunan industri bisa dimulai dari daerah. Konsolidasi ini bukan sekadar forum temu kangen para pelaku usaha jahit, melainkan ruang diskusi strategis untuk merumuskan arah baru organisasi dan pemberdayaan nyata bagi pelaku UMKM konveksi.
Muhamad Sirojul Umam, Ketua DPD PIR Purworejo, menegaskan bahwa perubahan tidak selalu harus dimulai dari pusat.
“Kami di daerah juga punya kapasitas, punya semangat. PIR Purworejo ingin menjadi bukti bahwa penjahit lokal bisa naik kelas jika diberi akses, pelatihan, dan jejaring yang memadai,” ujar Umam dalam sambutannya.
Komitmen kuat dari daerah ini mendapat respons positif dari banyak pihak. Bupati Purworejo, Hj. Yuli Hastuti, bahkan bersedia menjadi Dewan Pembina DPD PIR sebagai bentuk dukungan langsung dari pemerintah kabupaten.
“Inisiatif DPD PIR ini luar biasa. Mereka tidak menunggu bantuan, tapi mulai bergerak dari bawah. Pemerintah siap mendukung dan bersinergi,” kata Bupati.
Tak hanya dari eksekutif, dukungan juga datang dari legislatif dan dunia usaha. H. Roni Sumhastomo, S.E. dari Komisi I DPRD Purworejo menilai PIR sebagai organisasi yang menyentuh langsung akar persoalan ekonomi: keterampilan, pekerjaan, dan kesejahteraan keluarga.
Sementara itu, perwakilan HIPMI Purworejo dan pelaku usaha kreatif yang hadir menilai konsolidasi ini sebagai langkah visioner yang membuka ruang kolaborasi lintas sektor.
Ketua Umum DPP PIR, Aries Sunan CI, turut menekankan bahwa inisiatif dari Purworejo ini akan menjadi inspirasi bagi daerah lain. Ia menyebut konsolidasi ini sebagai model best practice dari daerah yang bisa direplikasi nasional.
“Kita sedang menyusun ulang wajah organisasi. Tidak hanya urusan struktural, tapi substansial: pelatihan, sertifikasi, hingga jejaring pemasaran. Semua harus konkret,” tegas Aries.
Di tengah tantangan global, industri jahit lokal menghadapi tekanan besar dari produk massal dan minimnya dukungan sistemik. Melalui konsolidasi ini, DPD PIR Purworejo membuka diskusi soal tantangan nyata: akses pasar, kesenjangan pelatihan, hingga belum adanya sistem advokasi bagi penjahit kecil.
Kegiatan ini juga dirancang sebagai ajang penyusunan struktur baru yang lebih adaptif dan responsif, serta penguatan sistem organisasi yang memungkinkan kolaborasi lebih luas dengan pemerintah, swasta, dan sektor pendidikan.
Dengan kehadiran pengurus PIR dari berbagai kabupaten/kota di Jawa Tengah, acara ini menjadi titik balik penting. Bukan hanya untuk menyatukan langkah, tapi membentuk gerakan bersama agar industri jahit lokal tidak lagi terpinggirkan, melainkan menjadi aktor utama dalam pembangunan ekonomi kerakyatan.
“Kami ingin PIR menjadi rumah bersama bagi para penjahit. Ruang belajar, ruang tumbuh, dan ruang memperjuangkan masa depan yang lebih baik,” tutup Umam.
Konsolidasi ini menegaskan bahwa transformasi industri tidak harus datang dari atas. Dengan keberanian, komitmen, dan kolaborasi, perubahan bisa dimulai dari daerah—dan Purworejo baru saja memberi contoh.