![]() |
Yan Budi Nugroho saat bersama anak yatim |
Pria ramah yang kini bekerja sebagai pegawai non-ASN di Bagian Prokopim Setda Purworejo ini tak henti menebar kepedulian. Selama lebih dari lima tahun, ia secara konsisten menjadi penghubung harapan bagi puluhan anak-anak yatim dari enam desa. Sekali dalam sebulan, ia menyempatkan waktu untuk mengunjungi satu per satu rumah mereka.
Awalnya sederhana. Hanya satu anak, satu cerita menyayat hati.
“Saya masih jadi guru di SDN Tridadi, ada murid namanya Wahyu. Yatim sejak dalam kandungan. Saat masih balita, tangannya masuk ke penggorengan saat ibunya masak. Tangan kanannya meleleh dan cacat sampai sekarang,” kisahnya lirih, Rabu (09/07/2025).
Kepeduliannya dimulai dari sekadar mengantar pulang dan memberi uang saku. Tapi hati tak bisa dibohongi. “Dari situlah krenteg hati saya muncul. Ingin memuliakan anak-anak yatim. Saya jadi jembatan, supaya mereka bisa ketemu orang tua asuh atau donatur,” ungkapnya.
Kini, 22 anak binaan dengan latar cerita berbeda menjadi bagian dari kehidupannya. Sumber dana? Tak kalah menarik.
“Saya diangkat jadi adik oleh seseorang yang kenal di sosmed waktu saya viral. Saya cerita punya anak yatim binaan. Sejak itu, dia rutin transfer uang tiap bulan buat disalurkan ke mereka,” jelasnya.
Tak hanya dari satu orang, kepedulian mulai mengalir dari berbagai pihak. Masyarakat sekitar ikut menitipkan donasi, dari uang hingga sembako, perlengkapan sekolah, baju, bahkan sabun dan sampo.
Memaknai 10 Muharram sebagai “lebarannya anak yatim”, Yan tak menyia-nyiakan momen. Sebanyak 22 paket lengkap—beras, minyak, susu, makanan kecil, dan uang saku—telah disalurkannya langsung ke masing-masing anak.
“Kegiatan ini akan terus saya lanjutkan. Kuncinya satu: anak-anak yatim ini harus terus kita kuatkan. Karena mereka adalah amanah, bukan sekadar objek belas kasihan,” pungkasnya tegas.