![]() |
| Lesbumi PCNU Purworejo Gelar Tuladha#2, Menggali Nilai dan Sejarah Dolalak |
Kegiatan yang berlangsung sejak pukul 19.00 hingga 23.15 WIB ini menjadi ruang perjumpaan lintas generasi antara seniman, budayawan, dan masyarakat umum. Melalui pendekatan Ahlussunnah wal Jamaah an-Nahdliyyah, Tuladha dihadirkan sebagai laboratorium ngolah rasa — wadah refleksi dan eksplorasi artistik untuk merawat, mengkaji, dan memaknai ulang narasi kebudayaan serta seni tradisi lokal Purworejo.
Rangkaian acara diawali dengan tahlil, soyar maole, mahalul qiyam, serta penampilan musik dan tari oleh Gigih Tata Buana Surya, S.Sn. (Bidang Seni Pertunjukan Lesbumi Purworejo) dan Sudrajat Dewandana, S.Sn. (seniman tari).
Bagian utama kegiatan diisi dengan diskusi bertajuk “Dolalak: Membincang Naskah, Sejarah, dan Peralihan Nilai” bersama narasumber Ahzadiyanti, pewaris risalah Dolalak Katerban, dengan moderator Mastri Imammusadin, S.H.
Merawat Dolalak sebagai Warisan Adiluhung Purworejo
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo, Yudhie Agung P., menyampaikan apresiasinya terhadap inisiatif Lesbumi melalui forum budaya Tuladha.
“Tuladha menjadi sarana silaturahmi masyarakat seni budaya, ulama, dan umara. Dolalak adalah salah satu kesenian khas Purworejo yang harus kita rawat bersama. Untuk itu, perlu kolaborasi semua pihak agar kesenian ini terus lestari dan berkembang,” ujarnya.
Ia menambahkan, ruang dialog seperti Tuladha penting sebagai media pertemuan antara pelaku seni, pemerhati budaya, ulama, dan pemerintah.
“Semoga ruang-ruang seperti ini terus tumbuh dan hadir di kesempatan berikutnya,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua Tanfidziyah PCNU Purworejo KH Haikal turut hadir dan memberikan apresiasi atas peran Lesbumi dalam merawat khazanah seni tradisi melalui pendekatan dakwah kebudayaan.
Beliau menegaskan pentingnya menjadikan kebudayaan sebagai media dakwah yang menggugah kesadaran spiritual dan sosial masyarakat Purworejo.
Tuladha: Ikhtiar Budaya Berbasis Aswaja
Wakil Ketua Lesbumi PCNU Purworejo, Achmad Fajar Chalik, menjelaskan bahwa Tuladha merupakan ruang kaji rasa yang menekankan asas kebermanfaatan bagi umat.
“Tuladha hadir sebagai laboratorium seni dan media dakwah dengan pendekatan Ahlussunnah wal Jamaah. Kami berupaya membuka ruang refleksi budaya dan cipta kaji dalam konteks kekinian,” ungkapnya.
Terkait kesenian Dolalak, Fajar menekankan pentingnya kesadaran kolektif untuk menjaga dan mengembangkan warisan adiluhung tersebut.
“Dolalak tidak sekadar tontonan, melainkan tuntunan. Dalam syair-syairnya terkandung petuah dan nilai moral yang luhur. Lesbumi berkomitmen menjadi jembatan antara pelaku seni, peneliti, dan masyarakat untuk terus menafsir ulang makna Dolalak dalam semangat zaman,” tambahnya.
Lintas Komunitas dan Akademisi Hadir
Acara ini dihadiri oleh berbagai elemen, antara lain KH Haekal (Ketua Tanfidziyah PCNU Purworejo), Yudhie Agung P. (Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo), Dr. Sudibyo, M.Hum. (Fakultas Ilmu Budaya UGM), serta pengurus harian PCNU, lembaga, dan banom NU.
Turut hadir pula perwakilan dari LSBO PD Muhammadiyah, Dewan Kesenian Purworejo (DKP), BAUR, Jurnal Lelana, Fermenta Sinema, Forum Film Purworejo, Teater Surya, Komunitas Teater Purworejo, IPNU-IPPNU, Sanggar Mardika, Surau Art Gallery, Republik Sepur, serta lintas kampus seperti STAINU, STAIAN, Ma’had Aly, UMP, dan STIE Rajawali.
Para pelaku kesenian Dolalak seperti Eni (Dolalak Arum Sari), Jono (Dolalak Budi Santosa), Ahzadiyanti, dan Wagino (budayawan Purworejo) juga turut memeriahkan acara.
Rangkaian kegiatan Tuladha#2 ditutup dengan doa bersama, menegaskan bahwa kebudayaan dan spiritualitas dalam tradisi NU adalah dua sisi yang saling menguatkan.
Kontributor : Rohadi
Editor : Lutfi


