PITURUH ( koranpurworejo.com )-- WARGA Pituruh sering memanggil dengan sebutan singkat, Mbak Sri. Begitu orang memanggilnya. Usianya 59 tahun. Ia tinggal , menumpang di tempat saudaranya bernama Udin , di Desa Karanganyar, RT 02. .Kecamatan Pituruh, Purworejo.
Mbak Sri, mengalami gangguan alat artikulasi, sehingga bicaranya tidak jelas untuk ukuran orang normal. Kakinya kecil sebelah ( invalit ) , sehingga ada gangguan jika berjalan Namun perilakunya sopan, ramah dan santun terhadap siapapun. Yang unik dan mencengangkan, meski dia cacat, ia pekerja pejuang hidup yang pantang untuk mengemis. Meskipun ia hidup memprihatinkan dan kekurangan. Ia memilih jadi pemulung.
Dengan memulung itulah Mbak Sri menghidupi dirinya. Diperoleh keterangan dari adiknya Yusuf Palele ( 56 th ). Bahwa Mbak Sri, memang tidak bersuami dan tidak punya anak. Ia hidup sendirian, numpang ditempat saudara.
Wartawan koranpurworejo.com berhasil mewawancarai Yusuf Palele ( 56 th) adik Mbak Sri. Yang juga sama jadi pemulung. Yusuh mengaku, Ibunya bernama Samolah (alm) asli dari Desa Kalikotes sementara Ayahnya bernama Daeng Palele asli Makasar. Ia tinggal di jakarta. Kedua orang tuanya sudah meninggal. Lalu, setelah keluarganya mengalami kebangkrutan, keduanya memilih hidup di Pituruh.
Yusuf memilih tinggal di Kalikotes asal Ibunya. Sementara Mbak Sri memilih tinggal di Desa Karanganyar, menumpang di saudaranya.
Hidup Mbak Sri sepenuhnya dari memulung barang bekas yang ia kais dari sampah toko toko. Melihat cara jalan, dam perjuangan hidupnya, sungguh sangat memprihatinkan.
Ketika mengais Sampah plastik di salah satu tempat di pituruh , Saat ditanya, apakah pernah mendapat perhatian dari pemerintah ? Mbak Sri mengaku belum pernah. Dengan menggelengkan kepala dan isyarat tangan. Saat ditanya kenapa tiap hari terus berkeliling memulung ? Sri menjawab butuh makan untuk hidup. Sri mengaku tidak mau minta minta mengemis. Meski kehidupannya sangat didera derita.
Di tengah bulan Ramadhan ini, Sri juga tetap memulung untuk mencukupi kebutihan hidupnya. Keringatnya, membasahi wajah, tarikan nafasnya terengah seperti menjelaskan beban hidupnya.
Setiap Sri datang memulung Gelas plastik bekas, di Pangkalan salah satu ruko di Pituruh, selalu di beri Tip, meskipun awalnya Sri menolak Tapi akhirnya mau menerima setelah dijelaskan. Berkait hasil memulung yang dilakukan Sri, diakui sebulan rata rata Rp 200 ribu, bahkan kurang.
Melihat fisik Mbak Sri diusianya yang menjelang 60 tahun, sungguh membuat iba. Terlebih ia mengaku badannya sering mulai sakit sakitan.
Ditengah gembar gembornya aparatur pemerintah ingin mengentas kemiskinan. Mungkin saja Mbak Sri adalah salah satu warga Indonesia yang tercecer dari program tersebut.
Koranpurworejo.com menemui Sri, lalu mengangkat jadi berita, supaya Sri tidak luput dari perhatian. Terlebih di Pituruh , juga banyak orang mampu. Mereka sudah sepantasnya berbagi dengan kaum dhuafa , seperti Sri. Dan sudah sepantasnyalah Sri menjadi perhatian semua pihak. ( Suta ).
Sumber : koranpurworejo.com