Notification

×

Iklan


Tak Hilang Ditelan Jaman, Kerajinan Ereg Khas Prapaglor Tetap Eksis Dipasar Nasional

Rabu, 04 Juli 2018 | 20:00 WIB Last Updated 2018-07-11T04:55:46Z
 
PRAPAGLOR, (pituruhnews.com) Keterbatasan bukan halangan untuk menuangkan kreatifitasnya, Torijan (63) warga RT 02/03, Dukuh Krajan, Desa Prapaglor, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo. Untuk mencukupi kebutuhan sehari hari dan keluarganya dengan cara membuat kerajinan dari bambu. Walaupun dengan kondisi yang kurang sempurna karena beberapa tahun yang lalu mengalami kecelakaan dan kaki kirinya terpaksa di amputasi.

Sebagian besar warga masyarakat Dukuh Krajan, Desa Prapaglor ini, sekitar 80 persen adalah pengrajin ereg atau anyakan dari bambu. 

"Tidak tahu awal mula adanya kerajinan ereg atau ayakan di Desa Prapaglor ini, konon hanya turun temurun dari jaman dahulu yang saat ini sudah berumur puluhan tahun bahkan ratusan tahun" katanya.

 proses menganyam bahan ereg (foto Luthfi)

Dalam pembuatan kerajinan ini waktu yang cukup lama, pada saat di temui oleh tim dari pituruhnews.com menjelaskan dalam waktu sehari hanya bisa menganyam bahan ereg ini kurang lebih lima buah.

Bahan baku yang dibutuhkan ini cukup sulit, karena para pengrajin ini biasanya membeli dari pedagang di pasar yang harga lumanyan cukup mahal sekitar 10.000 sampai 15.000 per batang bambu.

Penjualan hasil kerajinan ereg ini biasanya dipasarkan di Pasar Pituruh, Prembun, Kutowinangun, Kebumen. Bahkan pernah mengirimkan pesanan sampai ke luar Pulau Jawa yaitu Jambi dan Lampung. dan biasanya di ambil oleh pengepul yang sudah langganan mengambil kerajinan ini.

Harga setiap 1 biji 5000 yang besar, sedangkan yang kecil 4000. biasanya di jual dalam 1 kodi berisi 20 buah yaitu kisaran harga 100.000 per kodi.

Torijan menjelaskan jika ada pesanan banyak, terkadang menolaknya karena kelangkaan bahan baku bambunya. dari mulai harga perbatangnya ataupun karena keterbatasan yang mengerjakannya. karena torijan hanya buruh atau kerja di tempat orang lain yang mendapatkan upah/gaji setiap biji kurang lebih 600 sampai 700 rupiah.

Namun itu, tidak menyurutkan semangatnya untuk bisa mewariskan tinggalan dari pendahulunya, dan berharap ada generasi yang meneruskannya dan jangan sampai punah ditelan jaman. tuturnya.

Kerajinan ereg atau ayakan dari bambu ini biasanya dipakai oleh ibu rumah tangga untuk mencuci sayuran, maupun untuk memeras santan kelapa seusai di parut. tutur Kamisah istri dari bapak Torijan .

Walaupun dijaman modern ini banyak perabotan rumah tangga yang terbuat dari bahan plastik, namun ereg atau ayakan khas Desa Prapaglor ini tetap eksis tak hilang ditelan jaman dan tembus Pasar Nasional. (Luthfi-Riphai)

Iklan

×
Berita Terbaru Update