Notification

×

Iklan


Unik !!! Tradisi Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW dikecamatan Pituruh

Kamis, 22 November 2018 | 21:44 WIB Last Updated 2018-11-22T14:44:29Z
Tradisi dikecamatan Pituruh memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW / Foto Pur
PITURUH, (pituruhnews.com) -- Bulan November disambut dengan penuh suka cita oleh masyarakat yang beragama islam. Bagaimana tidak, di bulan ini bertepatan dengan bulan Maulud yang merupakan bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW.  Berbagai tradisi untuk memperingati maulid ini digelar di berbagai tempat khususnya masyarakat di Kecamatan Pituruh. Selasa (20/11) bertepatan dengan tanggal 12 rabiul awal (kalender jawa) dan mulud (kalender hijriah)  masyarakat di desa-desa kecamatan Pituruh mengadakan tradisi rolasan.
Panggang menggunakan "Sapitan" / Foto bay
Tradisi ini sudah berlangsung selama berabad-abad. Biasanya dilaksanakan pada tanggal 12 mulud namun ada juga yang dilaksanakan satu hari sebelumnya.  Dalam tradisi ini warga berkumpul di balai desa namun ada juga bertempat di rumah masing- masing kepala dusun untuk kenduren. Setiap desa mempunyai keunikan masing-masing dalam kelengkapan isian untuk kenduren.  Umumnya isian untuk kenduren meliputi nasi, jenang merah, ketan putih, pisang ambon, dan ayam panggang. Namun ada juga beberapa desa yang isinya lebih lengkap  dengan ditambahkan aneka kerupuk/opak, acar/lalaban, brongkos/osengan mie. Ada yang dimasukan ke dalam "tenong" ataupun cepon (tempat nasi yang terbuat dari bambu). Untuk masakan ayamnya pun berbeda ada yang menggunakan ayam panggang ada pula yang menggunakan "sapitan" (ayam dipotong jadi 12 bagian kemudian digoreng dan dijepit menggunakan bambu). Ayam yang digunakan dalam tradisi ini biasanya menggunakan ayam kampung. 
Tradisi Panggangan di Megulunglor / Foto Luthfi
Namun ada yang berbeda di desa Kaligintung dan Somogede, tradisi ini tidak dilaksanakan pada tanggal 12 rabiul awal kemarin namun baru dilaksanakan hari ini, Kamis (22/11). Jika di daerah lain peringatan maulid nabi identik dengan menggunakan ayam panggang, di desa ini justru menggunakan makanan khas desa setempat yang telah menjadi tradisi turun temurun dari nenek moyang yaitu "bendol". Bendol merupakan olahan makanan yang terbuat dari dari pisang, singkong, parutan kelapa muda, garam dan gula jawa yang dicampur dan dibentuk menjadi bulatan yang kemudian digoreng. Sebagai pelengkapnya tidak berbeda dengan desa lain hanya ditambah pisang biasa selain pisang ambon dan dimasukan cepon.
Tradisi di Kaligintung Bendul / Foto Bay
Setelah warga berkumpul kemudian ada sebagian yang diambil untuk dikirimkan ke perangkat desa setempat. Hal ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan  atau asung beksi (dalam bahasa jawa) terhadap perangkat desa tersebut. Biasanya diambilkan dari cepon yang isinya lebih bagus atau ada juga yang digilir setiap tahunnya. Selanjutnya cepon yang isinya tersebut akan diganti dengan urunan dari setiap cepon yang dibawa oleh warga. Biasanya diambilkan bagian paha atas dari ayam panggang warga  lain. Khusus untuk bendol, warga sudah menyiapkan 2 wadah bendol yang memang salah satunya untuk dikumpullan menjadi satu dengan milik warga lainnya.
Tradisi dengan menggunkan "Tenong" / Foto Bay
Acara ini selain sebagai bentuk nguri-nguri  tradisi juga sebagai sarana menyambung silahturahmi antar warga agar warga semakin guyub rukun. Tradisi ini terus dilaksanakan agar tidak terlupakan sehingga akan tetap terjaga dan lestari.
Bendul Tradisi memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW di Kaligintung / Foto Bay
Penulis : Bay, Ltf, 
Reporter : Mas Pur

Iklan

×
Berita Terbaru Update