Notification

×

Iklan


Problematika Pembelajaran Tatap Muka Terbatas Pada Siswa Sekolah Dasar

Jumat, 17 Juni 2022 | 19:19 WIB Last Updated 2022-06-17T12:43:13Z
Sumber : CNN Indonesia
Siapa yang tidak kenal dengan covid-19? Covid-19 merupakan wabah penyakit yang kini menjadi pandemi yang menyerang seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia. Covid-19 menyebabkan ratusan ribu penduduk Indonesia meninggal dunia. Selain itu, covid-19 menyebabkan sektor perekonomian, pariwisata, pemerintahan, pendidikan, dll mengalami banyak kerugian. Pemerintah dengan cepat menindaklanjuti masalah tersebut dengan membuat berbagai kebijakan demi menghambat dan memutus mata rantai covid-19 sehingga segala aktivitas diharapkan berjalan normal kembali.


Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah di antaranya, yaitu menerapakan social distancing. Social distancing adalah menjaga jarak dengan orang lain, mengurangi interaksi sosial, menghindari tempat yang terdapat banyak orang. Adanya social distancing, menyebabkan para pekerja menjalankan WFH (Work from Home) atau bekerja dari rumah. Para pekerja melaksanakan pekerjaan dari rumah, mulai dari tugas harian hingga rapat bersama dengan memanfaatkan teknologi. Hal tersebut juga diterapkan di dunia pendidikan dari jenjang TK, SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi dengan melakukan proses belajar mengajar di rumah secara online.


Pembelajaran secara online yang diterapkan pada dunia pendidikan, lebih dikenal dengan pembelajaran dalam jaringan (daring). Pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang dilaksanakan secara online dengan memanfaatkan aplikasi whatsapp, zoom dan google classroom yang didukung melalui smartphone dan laptop. Pembelajaran daring dilaksanakan layaknya pembelajaran di kelas, yaitu guru menyampaikan materi kemudian siswa diberi evaluasi untuk mengukur sejauh mana pemahaman siswa. Namun, kebijakan ini ternyata menimbulkan beberapa masalah, seperti biaya, motivasi belajar, layanan, umpan balik, kurangnya pengalaman serta kebiasaan.


Mengantisipasi berbagai masalah tersebut yang dapat menyebabkan learning loss dan juga mulainya new normal atau kebiasaan baru di Indonesia, pemerintah mencoba menerapakan pembelajaran tatap muka terbatas atau blended learning. Pembelajaran tatap muka terbatas merupakan pembelajaran dengan batasan-batasan tertentu, seperti jumlah siswa dan guru, juga lama belajar di sekolah. Pembelajaran ini dipandang cocok sebagai solusi pembelajaran yang efektif di masa new normal atau kebiasaan baru. Penyampaian materi dilakukan secara online, kemudian akan disempurnakan ketika tatap muka di kelas dan direfleksi bersama sehingga waktu pembelajaran yang terbatas akan berjalan ssecara maksimal. Pembelajaran tatap muka terbatas dirasa lebih baik daripada pembelajaran daring.


Beberapa keunggulan dari pembelajaran tatap muka terbatas adalah: 1) adanya interaksi langsung dan komunikasi dua arah antara guru dan siswa 2) adanya perubahan perilaku positif siswa karena terdapat dua sumber belajar yaitu guru dan orang tua 3) mengajarkan siswa agar lebih disiplin dan lebih menghargai waktu 4) siswa menjadi lebih bahagia karena bisa bertemu teman-teman dan gurunya 5) siswa lebih mudah menyerap ilmu yang diberikan oleh guru 6) siswa lebih menyadari akab pentingnya menjaga kesehatan 6) siswa bisa lebih mandiri karena tidak tergantung oleh internet dan juga bantuan orang tua. 


Namun di balik kelebihan dan keuntungan pembelajaran tatap muka terbatas, terselip berbagai problematika, seperti: 1) perangkat pembelajaran yang kurang memadai 2) penyampaian materi pelajaran yang terbatas waktu 3) pengelolaan kelas yang masih sangat jauh dari kata siap 4) teknik dan pemberian tugas yang memberatkan siswa. Selain itu, dengan adanya pembelajaran tatap muka terbatas, siswa mengalami penurunan motivasi belajar karena sebagian siswa sudah merasa nyaman belajar secara online. Hasil belajar siswa juga mengalami penurunan karena biasanya saat di rumah siswa lebih banyak bermain game dan tugas-tugas dikerjakan secara instan dengan mencari di internet atau bahkan dikerjakan oleh orang tuanya. Hal tersebut membuat siswa malas berpikir sehingga saat berlangsungnya pembelajaran tatap muka terbatas, penurunan hasil belajar terlihat jelas. 

Ditulis oleh : Neni Tri Novanti, Neny Kennesthy Anggraeni, Wahyu Budi Utami, Bayu Fatah Alam, Muhamad Fatoni, dan Titi Ajarini, M. Pd. (Asal Universitas : Universitas Muhammadiyah Purworejo)

Iklan

×
Berita Terbaru Update