Notification

×

Iklan


Bersama Wujudkan Generasi Cinta Literasi

Jumat, 17 Februari 2023 | 07:56 WIB Last Updated 2023-02-17T00:57:02Z

Siswa mengikuti “Festival Literasi” dengan penuh antusias
Data terbaru bulan Januari 2020, UNESCO menyebutkan Indonesia berada pada urutan kedua dari bawah soal literasi dunia, artinya minat baca masyarakat sangat rendah. Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan yakni hanya 0,001%. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca. Riset berbeda bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca, persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61). Dari 34 provinsi di Indonesia, hanya 9 provinsi yang masuk dalam aktivitas literasi sedang, 24 provinsi masuk dalam literasi rendah, dan satu provinsi masuk dalam kategori literasi sangat rendah. 

Laksmi (2007:33) menjelaskan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia masih perlu didorong untuk memiliki kebiasaan membaca. Untuk memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang heterogen, perlu adanya kerja sama antara satuan pendidikan formal (sekolah) dan peran satuan pendidikan non formal (PNF) untuk mendorong dan memfasilitasi serta melakukan inovasi terkait proses pencapaian tujuan berliterasi.

Siswa mengikuti “Festival Literasi” dengan penuh antusias

Menyikapi fenomena di atas para pemuda diharapkan ikut berpartisipasi dalam upaya pengembangan minat baca di masyarakat. Hal ini sesuai dengan pasal 16 dan 17 UU Nomor 40 tahun 2009 tentang kepemudaan yang menjelaskan bahwa pemuda berperan aktif sebagai kekuatan moral, kontrol sosial, dan agen perubahan dalam segala aspek pembangunan nasional. Salah satu wujud partisipasi pemuda sebagai agen perubahan diaktualisasikan dengan kepedulian terhadap masyarakat serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Negara kita harus menyadari pentingnya literasi yang harus digerakkan dari keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pembiasaan literasi bisa dimulai dari keluarga dengan meyediakan bacaan di rumah serta memberikan waktu untuk membacakan dongeng sebelum tidur. Sedangkan melalui peran pemerintah dan  pemangku kepentingan di bidang pendidikan, kurikulum kita saat ini telah menggunakan asas literasi. 


Kehadiran kurikulum berasas literasi ini setidaknya berfungsi sebagai pemicu pembiasaan literasi dalam pembelajaran di kelas. Kita dapat belajar dari kota Bantul, Yogayakarta yang telah melaksanakan salah satu program kegiatan literasi dalam rangka memperingati Bulan Bahasa tahun 2022 yang jatuh pada bulan Oktober lalu. Dinas Pendidikan dan Kepemudaan dan olahraga (Dikpora) Kabupaten Bantul menyelenggarakan “Festival Literasi” yang bertujuan menumbuhkembangkan minat baca, membangun kesadaran siswa tentang akan pentingnya literasi dan juga mewujudkan profil pelajar pancasila. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh jenjang pendidikan maupun kalangan umum di Kabupaten Bantul dan satuan pendidikan dari 17 kapanewon juga turut menampilkan potensi kapanewonnya masing-masing melalui stand literasi yang menampilkan pameran produk literasi sekolah serta karya-karya siswa berupa berbagai karya kain batik, kerajinan tangan, dan beragam olahan dari bahan baku tradisional yang turut melengkapi kemeriahan kegiatan.


  Akhir kata, harapan serta dukungan untuk mewujudkan generasi cinta literasi merupakan tugas kita semua. Perlunya kerja sama dari semua pihak agar setiap program yang telah direncanakan dapat terlaksana dengan baik dan optimal. Mari bersatu mewujudkan generasi yang adaptif, komunikatif, serta mampu bersaing secara sportif di masa depan.

Penulis :

Harminah Safitri

(Mahasiswa PPG Prajabatan Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta)


Iklan

×
Berita Terbaru Update