![]() |
Zedo Maskara saat self Hipnosis Leader Training |
“Saya sebagai praktisi merasa miris dengan pemberitaan yang menyamakan hipnotis dengan penipuan,” ungkap Zedo kepada Pituruh News. Jum"at, (23/05/2025). Ia mengatakan, “Hipnotis ya hipnotis, penipuan ya penipuan.”
Menurutnya, banyak kasus yang sebenarnya berakar dari keserakahan dan komunikasi membingungkan, namun akhirnya dikaitkan dengan hipnotis karena kurangnya pemahaman masyarakat mengenai apa itu hipnosis.
Ia menjelaskan bahwa istilah "hipnotis" merujuk pada pelaku atau praktisi, sedangkan "hipnosis" adalah ilmunya, yakni ilmu komunikasi yang melibatkan proses psikologis tertentu.
“Proses hipnosis itu sendiri terdiri dari lima tahap, yaitu: pre-induksi, induksi, pendalaman (deepening), sugesti, dan terminasi,” terang Zedo.
Zedo juga menyoroti fenomena di mana masyarakat cenderung mengaku sebagai korban hipnotis ketika mengalami kehilangan barang di tempat umum. Hal ini, menurutnya, terjadi karena alasan psikologis dan sosial.
“Coba bayangkan jika seseorang kehilangan dompet atau ponsel lalu mengaku dicopet, bisa jadi malah dimarahi keluarga karena dianggap ceroboh. Tapi kalau bilang kena hipnotis, justru mendapat simpati,” jelasnya.
Ia mempertanyakan, apakah benar seseorang bisa tiba-tiba kehilangan kesadaran hanya karena ditepuk pundaknya oleh orang asing.
“Saya ikut pelatihan, dan saya tahu tidak semudah itu orang bisa tidak sadar hanya karena ditepuk pundaknya,” tambahnya.
Zedo berharap, masyarakat lebih bijak dan mendapatkan edukasi yang tepat mengenai hipnosis, agar tidak terjadi kesalahpahaman dan stigmatisasi terhadap ilmu serta profesi hipnoterapi.