Notification

×

Iklan

Karnaval HUT ke-80 RI Desa Kesawen Semarak, Kesenian Cingpoling Jadi Sorotan

Selasa, 19 Agustus 2025 | 09:26 WIB Last Updated 2025-08-19T02:26:27Z

Karnaval HUT ke-80 RI Desa Kesawen Semarak, Kesenian Cingpoling Jadi Sorotan
PURWOREJO — Peringatan Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia di Dusun Kalitepus, Desa Kesawen, Kecamatan Pituruh, Purworejo, berlangsung semarak dan penuh makna. Warga menggelar berbagai kegiatan di dua pedukuhan, yakni Sawen dan Kalitepus, dengan melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Senin pagi, 18/08/2025.


Plt Kepala Desa Kesawen, Nanang Ismail, mengatakan bahwa rangkaian acara diwarnai dengan aneka lomba. Untuk anak-anak digelar lomba makan kerupuk, balap karung, dan pecah air, sementara tingkat ibu-ibu ada lomba menangkap belut dan voli untuk bapak-bapak. Di Dusun Kalitepus, yang sebagian besar masyarakatnya petani, warga menampilkan kreativitas melalui lomba gunungan hasil bumi berisi buah-buahan, sayuran, hingga alat pertanian. Gunungan tersebut diarak menggunakan kendaraan hias menyerupai kapal, simbol perjuangan di masa lampau.


Yang membuat suasana semakin meriah adalah penampilan kesenian Cingpoling, warisan budaya asli Desa Kesawen. Sesepuh Cingpoling, Mbah Marijo, menuturkan bahwa Cingpoling sejatinya berasal dari abad ke-17 pada masa Kadipaten. Dahulu, Cingpoling merupakan pasukan sandi yang berfungsi mengawal perjalanan seorang demang menuju kadipaten. Karena aturan melarang seorang jenderal membawa prajurit, maka pengawalan disamarkan melalui barisan penari dengan alat musik yang sesungguhnya juga berfungsi sebagai senjata.


“Gerakan Cingpoling tegas dan sigap layaknya prajurit, dengan pakaian khas yang sarat makna. Harapan kami, kesenian ini bisa diterima lebih luas, tidak hanya di Kesawen dan Purworejo, tetapi juga dikenal di seluruh Nusantara. Apalagi sejak tahun 2021, Cingpoling sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Nasional,” jelas Mbah Marijo.

Untuk menarik minat generasi muda, kini lahir kreasi turunan dari Cingpoling, seperti tari Padang Bulan untuk anak SD dan Gula Kelapa untuk tingkat SMA. “Alhamdulillah, sekarang generasi muda mulai antusias kembali pada Cingpoling,” imbuhnya.


Pelatih kesenian, Rianto Purnomo, mengungkapkan rasa bangganya atas antusiasme warga dalam acara ini. “Hari ini saya melihat dari anak-anak sampai orang tua semua ikut gobyos. Ini kebanggaan karena mereka semakin percaya diri bahwa Cingpoling layak diapresiasi. Dari pemerintah sudah ada dukungan, tapi yang terpenting adalah warga sendiri bergerak. Itu yang membuat Cingpoling tetap hidup,” ujarnya.


Lebih lanjut, Rianto menambahkan bahwa Cingpoling bahkan akan tampil dalam kolaborasi tiga negara  Indonesia, Jepang, dan Taiwan yang dijadwalkan dipentaskan di Jepang pada Februari mendatang. Hal ini menunjukkan bahwa Cingpoling tidak hanya dikenal di tingkat lokal, tetapi juga merambah panggung internasional.


“Melestarikan Cingpoling tidak bisa hanya lewat rapat atau diskusi, melainkan harus dipentaskan. Kalau tidak ditampilkan, nonsen. Inilah langkah nyata membuka jalan agar generasi mendatang terus bangga dengan warisan budaya ini,” tegasnya.


Kemeriahan peringatan HUT ke-80 RI di Desa Kesawen tahun ini bukan sekadar hiburan, melainkan juga momentum untuk meneguhkan identitas budaya, memperkuat kebersamaan, dan menjaga warisan leluhur. Melalui semangat gotong royong warga, kegiatan ini diharapkan dapat menjadi agenda tahunan yang semakin meriah di masa mendatang.

×
Berita Terbaru Update