![]() |
| Cerita Mengabdi di Ujung Negeri: Kisah Syukron Zahidi Arrahmi Mengajar di Pedalaman Papua |
Syukron tidak berangkat sendiri. Dalam satu kabupaten, terdapat 16 mahasiswa yang disebar ke beberapa titik lokasi berbeda. Syukron ditempatkan bersama satu rekan mahasiswa asal Lamongan, Jawa Timur. Mereka berdua menjadi tenaga pendidik di sebuah sekolah dengan fasilitas terbatas namun memiliki lebih dari 100 siswa yang haus akan ilmu.
Untuk mencapai lokasi tugasnya, Syukron harus menempuh perjalanan panjang dan penuh tantangan. Dari Jayapura, ia menaiki kapal menyusuri laut dan sungai hingga satu minggu lamanya. Alternatif lain adalah menggunakan pesawat kecil yang memakan waktu sekitar lima jam, namun tidak selalu tersedia. Rasa lelah perjalanan itu seketika terbayar ketika melihat antusias anak-anak yang menunggu kehadiran guru baru mereka.
Di Mamberamo Hilir, Syukron mengajar berbagai tingkat kelas, terutama fokus pada pembelajaran dasar membaca dan menulis. Setiap hari, ia bukan hanya menjadi pengajar, tetapi juga menjadi pembelajar. “Kalau siang kami mengajar, malamnya harus belajar lagi untuk mempersiapkan materi esok hari,” ceritanya.
Keterbatasan listrik menjadi tantangan tersendiri. Untuk mengisi daya laptop atau peralatan elektronik lainnya, mereka harus pergi ke kantor polsek atau koramil terdekat yang memiliki sumber listrik lebih stabil. Tak jarang, mereka menempuh perjalanan dalam gelap hanya untuk memastikan proses belajar mengajar tetap berjalan.
Syukron dan rekannya juga harus membaur dengan kehidupan masyarakat. Ia belajar ikut berburu demi memenuhi kebutuhan makan sehari-hari. Ia percaya, untuk dapat diterima dan dihormati sebagai guru, ia harus ikut hidup bersama masyarakat setempat, memahami adat dan kebiasaan mereka.
“Di sini saya belajar bahwa menjadi guru bukan hanya mengajar di kelas. Tetapi juga hadir dalam kehidupan masyarakat, menjadi bagian dari mereka, dan menjaga api semangat pendidikan tetap menyala,” ungkap Syukron.
Pengalaman mengabdi di pelosok Papua menjadikan Syukron pribadi yang lebih kuat, peduli, dan memahami arti penting pendidikan bagi masa depan bangsa. Di tengah keterbatasan, ia melihat sendiri bahwa harapan anak-anak Papua tidak pernah kecil.
Kini, semangat pengabdian itu terus ia bawa dalam perjalanan hidupnya. Selain mengajar dan aktif di dunia sosial, Syukron Zahidi Arrahmi juga terlibat dalam dunia jurnalistik dengan menjadi kontributor di Media Online Pituruh News, menyuarakan berbagai cerita dan dinamika masyarakat dari berbagai penjuru, termasuk daerah pedalaman yang pernah ia tempati.
Kisah Syukron menjadi gambaran nyata perjuangan para pendidik di ujung negeri—mereka yang setia menyalakan cahaya ilmu meski tanpa sorotan. Mereka adalah pahlawan tanpa panggung yang dedikasinya tak boleh dilupakan. (PN)


