Notification

×

Iklan

SEJARAH KESENIAN KENCRENG YANG SUDAH TERBENTUK DENGAN FORUM (KPK) KOMUNITAS PECINTA KENCRENG KABUPATEN PURWOREJO

Jumat, 06 Oktober 2017 | 15:57 WIB Last Updated 2017-10-06T08:57:53Z


Kencrengan merupakan salah satu alat musik kesenian tradisional, kesenian tradisioanl tersebut merupakan penggabungan alat-alat musik tradisi islam, alat-alat tersebut meliputi tiga hingga empat kencreng atau terbang serta satu bedug, begitu masyarakat pada umumnya menyebut dan mengenal alat tersebut.
Istilah kencrengan dengan rebana adalah sebuah nama yang isinya sama, akan tetapi kencrengan tidak dapat dikatakan sebagai rebana, karena seni musik kencrengan merupakan sebuah seni yang hanya biasanya digunakan sebagai pengiring ketika acara sholawat al- Barjanji, tidak dapat digunakan sebagai pengiring acara sholawat simtu duror, seperti pada acara habib syechan seperti biasnya. Hal tersebut dikarenakan jumlah alat serta personil seni musik kencrengan tidak seperti seni musik rebana yang mana personilnya lebih dari 6 yang memainkannya. Disamping itu kelengkapan alat dalam seni kencrengan ini juga tidak selengkap rebana. Istilah kencrengan bisa dimasukkan dalam jenis seni musik rebana, akan tetapi tidak bisa disamakan dengannya. Begitu pula sebaliknya pada rebana.
Alat-alat kecrengan tersebut dibuat dari bahan kayu pilihan, yang mana bentuknya bundar, pipih dan berlubang ditengahnya adalah dikenal dengan istilah kencreng atau terbang. Disatu sisi sebelahnya dalam kencreng atau terbang dipasang kulit yang disamak yang mana biasanya terbuat dari lulang kulit hewan, bisa seperti kulit sapi, kerbau, bahkan kulit kambing pun bisa dengan syarat yang telah dikeringkan dan ditipiskan. Sedang alat kencrengan lainya yaitu budug merupakan alat tradisional yag terbuat dari bahan kayu gelundungan besar, yang mana dibagian tengah sampai ujung-ujungnya berlubang, kemudian disisi-sisinya dipasang dengan kulit lulang yang telah disamak yang mana bahannya tak jauh berbeda dengan alat kencrengan satunya, yaitu kencreng.
Kencrengan biasanya diguanakan atau dimainkan untuk mengiringi acara pembacaan kitab berjanji dalam rangka berjanjen ataupun pada acara maulid Nabi Saw.


Sejarah Kencrengan di dusun Tegal- Karangwuluh_
Berawal dari perkembangan islam di Tanah Jawa, khususnya di Purworejo dan sekitarnya muncullah berbagai kesenian tradisional yang bernuansakan islam. Awal mula tempat dimana muncul tidak begitu begitu jelas diketahui namun yang pasti, kesenian tradisional bernuansakan islam muncul setelah masuknya islam di tanah jawa.
Dusun Tegal-Karangwuluh merupakan sebuah desa pinggiran dikecamatan Kutoarjo, yang mana telah masuk wilayah kabupaten Purworejo, dan merupakan provinsi Jawa Tengah. Dikatakan desa pinggiran karena dusun tegal letaknya berseberangan dengan suatu dusun yang mana kecamatannya telah berbeda, begitu orang-orang mengenalnya. Disamping itu, dusun tegal juga sering dikenal sebagai sebuah dusun yang masih kental dengan berbagai adat kebiasaan islam tanah jawa, ditempat tersebut masih dapat ditemukan berbagai aktivitas masyarakat yang masih mempertahankan kebudayaan nenek moyang mereka yang mana telah memeluk agama islam, berbagai kebudayaan yang masih dapat terlihat misalanya: tahlilan , haul, mengiri pengantin, cukur rambut, nujuh hari, nujuh bulan, ngasih nama, muludan dan lain-lain. Dan kebudayaan tersebut masih terus dilaksanakan turun temurun hingga saat ini.

Namun, walaupun dusun tersebut masih terkenal dan kental dengan adat kebiasaan islam tanah jawa, dusun tegal tersebut tidak dapat diargumenkan dan disamakan dengan kehidupan masyarakat islam tanah jawa terdahulu yang mana penuh dengan kemistikan, banyak sesaji dan sebagainya.
Didusun tersebut hal-hal seperti itu sudahlah tidak lagi terlihat dan ada dalam adat aktivitas keseharian mereka. Mereka tetap melaksanakan adat islam tanah jawa yang mana telah kita kenal namun hanya bagian tertentu saja, tidak keseluruhan adat dalam islam tanah jawa dipraktekan dalam ktivitas kehidupan keseharian. Hal tersebut karena perkembangan pendidikan islam didusun tersebut dapat dikatan cukup signifikan, banyak para pemuda dusun tersebut yang telah berhasil dalam menuntut ilmu agama di berbagai pondok pesantren dipelosok indonesia, di Jawa Timur pada khususnya. Setelah mereka( para pemuda) selesai dalam menuntut ilmu agamanya (atau sering disana dikenal sebagai istilah “mondok”), kemudian mereka kembali kedusun tegal tersebut, dusun dimana asal mula mereka dilahirkan, dan kemudian mereka terjun dalam masyarakat dan dapat dilihat pengaruhnya banyak sedidkit mempengaruhi kehidupan aktivitas keseharian mereka.
Dalam sebuah dialog dengan tokoh masyarakat didusun tersebut diketahui bahwasanya berbagai adat yang ada didusun daerah tersebut muncul tidak hanya dari pengaruh nenek moyang yang menurunkan adat kebiasaanya, namun pengaruh adat kebudayaan dalam masyarakat tersebut juga dipengaruhi oleh kebiasaan para pemuda akibat pengaruh kebudayaan islam saat mondoknya. Konon didusun tegal tersebut adat kebudayaan islam yaitu kencrengan penah fakum dalam beberapa tahun dahulunya, namun karena banyak pemuda yang kemudian bisa karena ilmu dari mondoknya, kemudian adat kebudayaan islam kencrenga didusun tersebut dapat ditumbuhkan kembali dan kemudian dapat berkembang. Dalam perkembangannya tersebut banyak pihak-pihak dari luar dusun yang kemudian datang dan kemudian belajar kebudayaan islam tersebut untuk diterapkan ditempat mereka, terutama banyak yang datang dari dusun sebelah, seperti dari desa Kese, Pogung, dan lainya, yang mana daerah tersebut masih dalam lingkup kabupaten Purworejo.
Adanya adat kebudayaan kencrengan mempengaruhi kehidupan masyarakat didusun tersebut, dengan adanya hal tersebut sekarang banyak pemuda dan tetua dusun sering kumpul bersama sehingga rasa persatuan dan kesatuan pun semakin kuat antar anggota individu dalam dusun tersebut. Dalam masyarakat dusun tegal ini kebudayaan kencrengan menjadi aktivitas mingguan yang sering dilaksanakan, yaitu tepatnya pada malam minggu. dalam acara tersebut masyarakat yang terdiri para pemuda, anak-anak, serta tetua campur baur menjadi satu mengadakan acara berjanjen atau pembacaan al barjanji, untuk kemudian dilanjutkan dengan penabuhan kencrengan ketika mahalul qiyam dalam acara al barjanji tersebut. Acara malam minggu masyarakat dusun tegal mempunyai tujuan yang sangat mulia, mereka selalu ingin berusaha mengisi waktu untuk beribadah, Mereka membolehkan kreatifitas dalam beribadah, seperti dengan pembacaan al barjanji seperti ini misalnya. Mereka tak mudah terpengaruh dengan perkembangan islam di masa kontemporer seperti sekarang, mereka telah yakin bahwasanya acara seperti ini mempunyai nilai kebudayaan yang tinggi dan mereka tidak akan mudah melepasnya begitu saja. Selain itu manfaat lainya dengan acara seperti ini, kemudian akan memperkecil gerak para anak muda untuk mengisi malam holidainya dengan bermain-main keluar, sebagaimana anak muda dizaman sekarang ini. Hingga kemudian dapatlah lebih berarti waktu-waktu anak muda dimasyarakat dusun tersebut.
Alat musik tradisional bernuansa islam ini, juga digunakan sering sebagai penanda telah masuknya waktu sholat, unutk kemudian diharapkan dapat mengingatkan masyarakat yang sedang beraktivitas untuk berhenti sejenak, kemudian melaksanakan sholat secara berjama’ah. Selain itu dalam masyarakat dusun tegal ini, kebudayaan kencrengan ini juga menjadikan alat pelengkap pada berbagai acara keagamaan, misal seperti arak-arakan pada saat khataman, cukur rambut bayi, dan lainya.

Nilai yang terkandung yang dapat diambil_

Bahwasnaya dari study kasus tersebut, Kalau kita teliti, perhatikan, renungi dan rasakan, kebudayaan kencrengan dan acara-acara semacam hal tersebut baik dan bagus sekali, mempunyai nilai-nilai kemasyarakatan yang sudah sewajarnya untuk dijaga bahkan perlu disebar luaskan dengan berbagai perkembangan demi kemaslahatan bersama. Apalagi kalau kemudian acara semacam ini kita jadikan ladang ta’lim dan pencarian cinta, karena dalam acara marhabanan semuanya yang dibaca adalah tentang sejarah Nabi Muhammad saw, mulai dari lahirnya sampai meninggal dunia, ini untuk mengenang dan mengingatkan kembali kepada Nabi kita, agar tumbuh dan bersemi rasa kecintaan dalam hati kita kepada Beliau Nabi Muhammad saw.
Dan saat ini sudah dengan terbentuknya forum yaitu Komunitas Pecinta Kencreng (KPK)yang di dirikan 20 Juni 2013 oleh Mas Bagus Purnomo yang berasal dari Bayem Kutoarjo beliau membuat forum ini agar kesenian ini tidak punah, dengan adanya forum ini semoga bisa mengumpulkan anggota KPK sekabupaten Purworejo
Silahkan lihat Channel Youtube kami di :

Iklan

×
Berita Terbaru Update