Notification

×

Iklan


Cerita Warisan Non Materi Karya Khofifatun Rohmah

Rabu, 15 Januari 2020 | 21:26 WIB Last Updated 2020-01-15T14:26:20Z
Semilir angin menerpa wajahnya yang basah. Terduduk lemas di belakang pesantren sambil membawa sebuah kertas. Kertas yang berisi tagihan pembayaran syariah pesantren. Sungguh lelah dirinya memikirkan hal semacam itu, walaupun ibunya selalu mengatakan untuk tidak perlu memikirkan masalah uang. Seharusnya dirinya tak perlu belajar keluar kota, seharusnya dirinya membantu ibunya saja berjualan kue kering keliling. Tak ada gunanya menyesal. Ia menyimpan kertas itu ke dalam sakunya beranjak untuk kembali ke pesantren.

Kayla Azzahra, itulah nama yang diberikan ayahnya untuknya. Ayahnya sudah  pergi karena sebuah penyakit. Tinggal ia dan ibunya yang hidup dalam keterbatasan ekonomi. Ayahnya hanya mewariskan sebuah ilmu. Orang berilmu tak akan jatuh ke jurang kehinaan, itulah yang ayahnya katakan. Kayla percaya itu . Allah selalu menolong orang orang yang berilmu lagi beriman.

Malam ini di pesantren ada jadwal pengajian kitab kuning. Sudah satu bulan dirinya berada di pesantren. Dirinya juga mendapat teman yang baik. Raisa namanya. Mereka sama-sama lulusan sekolah umum yang baru saja terjun di pesantren. Jadi ilmu mereka tentang agama sangatlah minim. Mereka  selalu kompak dalam mendalami ilmu agama dan umum.

“ Ukhti, anti tahu alasan mengapa madrasati dibaca kasroh? Mengapa tidak dibaca fathah atau dammah ? “ Raisa menunjukan sebuah kalimat dalam Bahasa Arab.

“ Coba anti perhatikan. Sebelum kata madrasati ada huruf jer ‘fi’. Setiap kata yang didahului oleh huruf jer  dibaca kasrah. “ Raisa mengangguk paham. Begitulah mereka, saling membantu untuk meraih kesuksesan bersama. Persahabatan yang indah.

Waktu menunjukkan pukul 23.15. Semua santri sudah tidur kecuali Kayla. Ia selalu  begitu, belajar hingga lupa waktu . Raisa sudah mengingatkah agar tidak terlalu sering begadang. Tapi Kayla adalah orang yang keras kepala. Dirinya tetap belajar selagi matanya masi kuat terjaga. Ia sedang menghafalkan nadzom kitab talimul mutaalim.

Alalatanalul ilma illa bisittatin Saunbika ‘ammajmu’ihabi bayani
Dzakain wahirsin wastibarin wa stibarin wa bulghotin  wa irsyadil ustadzi wa tuli zamani
Raisa pernah mengatakan sebuah kata kata bijak yang ada di dalam kitab talimul mutaalim . ‘ Pelajar akan terbang bersama cita-citanya seperti halnya burung yang terbang bersam sayapnya. Ia punya satu cita-cita, cita-cita yang teramat tinggi baginya. Bermimpi ntuk menjadi seorang peneliti .  Ia sangat ingin menjadi ilmuwan. Semoga mimpinya kelak terwujud . Kayla menutup kitabnya dan memejamkan mata. Berdoa semoga hari ini esok ada harapan baru untuk memulai mimpinya.

Para santri memasuki ruang kelas untuk memulai pembelajaran. Kayla memiliki sebuah penelitian yang ia garap bersama Raisa. Penelitian mengenai aplikasi pembelajaran AR ( Augmented Reality) untuk anak SD sederajat. Aplikasi itu sederhana saja, hanya macam – macam binatang yang diaplikasikan dalam 3D. Namun secara tidak langsung aplikasi ini membantu para siswa dalam memahami binatang –binatang yang tidak mungkin dilihat jika tidak pergi ke kebun binatang. Mereka membuat produk itu selama berhari-hari. Banyak sekali kendala yang mereka hadapi saat membuat aplikasi itu. Mulai mengurus proposal, uji coba produk ke berbagai sekolah dasar, hingga pengurusan pengiriman produk ke lembaga yang menyelenggarakan perlombaan.

“ Raisa, coba desain dulu gambar gajahnya, nanti aku yang edit. “ Kayla menunjukkan buku rancangan penelitian mereka. Raisa pun mengangguk paham.

Sebelum tercetus aplikasi  AR, mereka mengkaji hambatan yang dihadapi oleh anak-anak masa masa pengenalan. Anak-anak pada masa pengenalan yang memiliki orang tua kaya sangatlah beruntung, mereka bisa melihat bentuk binatang –binatang besar secara langsung. Namun, bagaimana nasib anak-anak masa pengenalan yang hidup dalam mirisnya perekonomian? Bisa melihat gambar singa saja sudah sagat senang. Lalu bagaimana mereka tahu bentuk nyatanya? Aplikasi AR mampu menjawabnya. Tak perlu ke kebun binatang, binatang-binatang dalam bentuk 3D terlihat begitu nyata.  Pembelajaran seperti itu lebih disenangi siswa. Mereka sudah melakukan uji coba ke SD Watoniyah.

“Assalamualaikum adik-adik.” Kayla dan Raisa mulai membuka pembelajaran . Para siswa tampaknya sangat antusias.

“Waalaikumsalam kakak cantk.” Mereka tersenyum geli mendengar sebutan itu.

“Hari ini, kakak mau mengenalkan sesuatu yang baru. Dijamin kalian pasti suka. Tapi sebelumnya kakak mau Tanya , siapa di sini yang sudah pernah pergi ke kebun binatang?” Beberapa anak mengangkat tangan. Tetapi banyak yang menyembunyikan tangannya di balik kolong meja. Entah karena malu mengakui atau memang belum pernah pergi ke kebun binatang. Tapi sepertinya kemungkinan kedua lebih logis. Mereka memang belum pernah ke kebun binatang.

“ Tidak masalah bagi yang belum pernah. Karena setelah ini kakak akan mengajak kalian melihat binatang-binatang yang ada di kebun binatang. Siapa mau?” Para siswa serempak menjawab dengan kompak. Kayla sudah siap untuk menerangkan cara kerja aplikasi AR yang mereka buat. Para siswa sangat antusias dan bersemangat.

“ Ternyata bentuk landak begitu ya kak. Bulunya serem, ada durinya.” Salah satu siswa begidik ketakutan. Senyata itulah gambaran binatang-binatang yang terpampang dalam bentuk 3D. Sistem Kerjanya adalah menggunakan kartu yang kemudian di scan menggunakan gadget. Uji coba aplikasi mereka sukses. Tinggal ke tahap berikutnya, pengajuan proposal pengikutan lomba.

Setelah pembelajaran  selesai mereka menemui salah satu guru kesiswaan untuk mengajukan proposal, Pak Lukman namanya . Kayla dan Raisa mengira proposal tersebut akan diterima dengan senang hati. Tetapi ekspetasi mereka tidak sesuai dengan realita. Bukan main marahnya Pak Lukman. Beliau menganngap mereka tidak mengikuti prosedur. Seharusnya mereka mengajukan proposal terlebih dahulu sebelum melakukan uji coba. Jika mereka mengajukan proposal terlebih dahulu mereka akan mendapat guru pembimbing. Setelah memberi tahu prosedur yang benar, Pak Lukman akhirnya menyejutui dan memberikan guru pembimbing yang andal. Beliau juga mendukung keikutsertaan mereka dalam lomba peneliti muda.

“ Ya sudah kalian lanjutkan pekerjaan kalian. Semoga sukses di perlombaan internasional nanti. Emm.. untuk Kayla, bapak mau bicara sebentar. Untuk Raisa,silakan bisa meninggalkan ruangan bapak. “ Raisa menunggu  di luar, dirinya tak bermaksud menguping, tetapi suara Pak Lukman terlalu keras hingga ia mendengarnya.

“ Kayla, bilang sama ibu ya. Jangan terlalu lama menunggak pembayaran syariah. Setelah melihat semangat belajarmu yang tinggi, bapak akan usahakan untuk mendaftarkan namamu ke dalam beasiswa siswa berprestasi. Tapi ini bukanlah hal yang mudah. Saat kamu sudah menerima beasiswa  itu, nilaimu harus selalu bagus. Jika nilaimu turun sedikit saja dari syarat yang ditentukan, kamu akan membayar ganti rugi. Beasiswa ini sangatlah berisiko, tapi juga menguntungkan. Jika kamu merasa mampu bapak akan mendaftarkan namamu. Kabari bapak jawaban secepatnya. “Kayla mengangguk dan mengucapkan terima kasih. Saat dia keluar dari ruangan Pak Lukman, ia melihat Raisa yang masih menunggunya.

“Ambil beasiswa itu, Kay. Jangan takut!” Raisa berusaha meyakinkan sahabatnya. Dirinya mulai bimbang. Bagaimana jika dirinya gagal ? Berapa ganti rugi yang harus dibayarnya ? Tetapi bila dirinya berhasil, beasiswa itu akan meringankan beban ibunya. Ia memilih mengambil beasiswa itu . Mungkin beasiswa itu adalah bantuan yang dikirim Allah untuknya. Masalah biaya selesai,ia tak perlu pusing memikirkan al itu. Sekarang dirinya bisa  fokus belajar dan berprestasi.

Kayla dan Raisa akan menghadiri perlombaan peneliti muda di ibu kota. Mereka harus melakukan yang terbaik. Mulut mereka sibuk melantunkan doa sebelum memasuki ruangan presentasi produk. Mereka sangat gugup saat mengetahui juri-jurinya adalah peneliti andal yang melegenda di tanah air. Roobishyrahli sodri wayassirli amri wahlul ‘uqdatam milli sani yafqohul qouli. Mereka mulai memaparkan hal yang melatar belakangi pembuatan aplikasi AR, menjelaskan hasil penerapan aplikasi mereka lakukan, dan menjelaskan cara menggunakan aplikasi tersebut. Dua juri berdiri dan bertepuk tangan tepat saat mereka menyelesaikan presentasi mereka. Segala puji syukur mereka ucapkan kepada Allah SWT.

Satu bulan kemudian setelah perlombaan, mereka menunggu dengan cemas. Bagaimana hasilnya? Tiba-tiba mereka di panggil oleh Pak Royan yang membimbing mereka dalam proses pemuatan aplikasi AR. “ Selamat kalian juara satu. Persiapkan diri kalian karena tiga besar akan dikim ke Singapura.” Betapa terkejutnya mereka. Mereka serempak melakukan sujud syukur. Apa yang ayahandanya katakan benar., orang berilmu tidak akan pernah jatuh ke jurang kehinaan.

Podium besar mulai terisi penuh oleh orang –orang berpakaian rapi. Setelah jas dan dasi seakan menunjukkan kepiawaian mereka. Para ilmuwan, para pengusaha hebat, dan pemimpin Negara yang turut menyambut para kontestan. Kayla dan Raisa sedari tadi terus mengucapkan doa. Sinar blitz mengenai mereka berkali-kali. Sungguh besar kuasa Allah. Bagaimana mungkin anak penjual kue kering keliling bisa berdiri di antara ilmuwan – ilmuwan ternama? Air matanya menetes haru, Raisa yang melihat itu memeluk erat sahabatnya. Sungguh berat kehidupan sahabatnya itu. Bukan orang pintar yang akan mendapatkan kesuksesan, bukan orang kaya yang akan meraih kemenangan, tetapi orang yang memiliki tekat dan semangat belajar yang tinggi adalah pemenang sekaligus pemegang penuh kesuksesan. Kayla dan Raisa, mereka memenangkan perlombaan itu.

“ Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT. Terima kasih untuk semua pihak yang telah mendukung dalam proses menuju kemenangan ini. Terima kasih juga untuk sahabat saya yang telah berjuang bersama saya, meyakinkan saya akan sebuah pertolongan Allah, maju terus hingga sampai ke titik ini. Terlebih untuk ibu saya yang telah berkorban untuk putrinya. Tak ada kata yang pantas saya ucapkan untuk menggambarkan rasa cinta kepadamu. Kemenangan ini juga saya persembahkan untuk ayah saya. Semoga kemenangan ini memberikan semangat untuk terus mengejar mimpi. Teruntuk sahabatku, mari kita terus bergandeng tangan dalam menyusuri lorong-lorong kesuksesan. Persahabatan yang indah, aku bangga memiliki sahabat sepertimu.” Suara tepuk tangan menambah suasana haru. Raisa langsung memeluk sahabatnya. Membisikkan  sepatah kalimat yang membuat Kayla tersenyum.

Kini kau percaya kan, bahwa sukses tak mengenal materi ? Mereka hanya mengenal otak dan hati.

Cerita Karya : 
Nama : Khofifatun Rohmah
Tempat, tanggal lahir : Kebumen, 20 November 1999
Alamat : Rt 01 Rw 03 Jatimalang, Klirong , Kebumen

Iklan

×
Berita Terbaru Update