Notification

×

Iklan


Dampak Covid 19 Bagi Para Pelajar Indonesia

Jumat, 24 Desember 2021 | 16:52 WIB Last Updated 2021-12-24T09:52:57Z

 

ilustrasi/google

Pandemi covid 19 merupakan wabah yang berbahaya dan sudah terjadi selama lebih dari satu tahun dan sampai sekarang ini belum menunjukan tanda-tanda covid 19 berakhir,  yang menyebabkan terjadinya perubahan sistem pendidikan di Indonesia yang semuala pembelajaran dilaksanakan seperti biasa tatap muka berangkat ke sekolah dan menjadi sistem pendidikan jarak jauh dengan menggunakan bantuan handphone sebagai media pembelajarannya.

 

Seiring dengan penurunan kasus covid 19 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mewajibkan seluruh sekolah yang berada di zona PPKM level 1-3 untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka disekolah namun dengan jumlah siswa yang masuk dibatasi yaitu  sejumlah 50 % atau sebanyak 18 siswa. Sehingga jika wilayah yang masih di zona PPKM di level lebih dari 3 itu tidak boleh melaksanakan pembelajaran tatap muka karena masih rentan untuk terjadi penyebaran virus covid 19.

 

Sekolah-sekolah yang melakukan pembelajaran tatap muka berbatas ini harus memenuhi persyaratan yaitu harus mengedepankan dan melaksanakan protokol kesehatan dengan benar, melakukan prinsip kehati-hatian, serta harus menjaga kesehatan dan keselamatan setiap warga sekolah yang hadir dalam pembelajaran tatap muka berbatas sehingga tidak ada kasus penambahan yang terkena virus covid 19. Pembelajaran tatap muka berbatas ini dilakukan secara bergantian yang dikarenakan siswa yang masuk hanya sejumlah 50% atau maksimal 18 siswa dalam satu ruangan.

 

Pembelajaran tatap muka berbatas ini merupakan hal yang sangat bagus, sebab pembelajaran yang dilaksanakan diruang kelas secara tatap muka hasil pencapaian nilai siswa lebih baik dari pada hasil pencapaian nilai dengan pembelajaran jarak jauh. Selama ini pembelajaran dengan sistem jarak jauh yang menggunakan Handphone dampaknya dirasa kurang baik untuk siswa sebab pembelajaran PJJ ini sangat membutuhkan orang tua sebagai pendamping kerapdalam pembelajaran sehar-hari namun tidak semua orang tua bisa paham dengan pembelajaran anak-anaknya sehingga sang anak menjadi kurang paham dengan materi yang telah dipelajarinya, kerap sekali terjadi kekerasan pada anak dirumah dan guru disekolah tidak mengetahui hal tersebut, terjadi resiko pernikahan dini serta anak pustus sekolah yang biasanya terjadi pada siswa dari keluarga yang kurang mampu secara ekonomi.

Penulis : Dwi Nugraini Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purworejo

Iklan

×
Berita Terbaru Update