Notification

×

Iklan


Pengelolaan Ekosistem Di Tambak Udang Ketawangrejo

Jumat, 14 Oktober 2022 | 08:14 WIB Last Updated 2022-10-15T01:15:30Z
Ketawangrejo merupakan salah satu desa yang terkenal akan keindahan      pantainya.      Oleh karena kondisi geografisnya ini, menjadikan ketawangrejo juga terkenal akan budidaya tambak udang. Kebanyakan orang disana menggantungkan hidupnya dari aktivitas laut, baik itu sebagai nelayan ataupun sebagai penambak udang. Berbicara mengenai tambak udang, lalu bagaimana pengelolaan ekosistem ditambak udang yang berlokasi di Desa Ketawangrejo ? Menurut keterangan Bapak Suwardoyo, selaku narasumber yang kami temui, pada awal pembuatan tambak udang pengelola memang belum memperhatikan keseimbangan lingkungan beserta ekosistemnya. Seiring berjalannya waktu, pengelola mulai memikirkan keseimbangan lingkungan dengan cara membuat saluran irigasi yang langsung menuju ke laut, kemudian dengan sendirinya terjadi proses recycle alam. Ketika proses memanen udang sudah selesai, nantinya air yang berasal dari kegiatan pertambakan akan diendapkan terlebih dahulu untuk menghilangkan amonia (racun) setelah itu baru dibuang ke laut. Air akan dikuras habis dan dibersihkan kembali, kemudian disterilkan menggunakan kaporit. Pengisisan kolam dilakukan dengan cara memompa air dari laut. Waktu yang diperlukan untuk menambak udang hingga panen tidaklah lama, dalam kurun waktu 2,5 bulan atau sekitar 75 hari udang sudah siap panen. Teknik parsial dilakukan guna mengurangi kepadatan   udang   sehingga   pertumbuhan udang lebih maksimal. Sama seperti kegiatan pada umumnya, kegiatan pertambakan udang juga memiliki dampak entah bagi  lingkungan ataupun  makhluk hidup             disekitarnya.  

Dampak positif penambakan udang adalah memaksimalkan lahan tidur. Mulanya lokasi pesisir pantai di Desa Ketawangrejo bukanlah area pertambakan. Berjalannya waktu, beberapa orang berinisiatif untuk memanfaatkan lahan yang tidak terpakai ( lahan tidur). Luas area kolam menyesuaikan dengan ukuran tambak yang akan dibuat. Ada                tiga ukuran yang biasa dipakai , untuk yang small (kecil) luasnya berkisar 300 m dengan maksimal tebar sebanyak 100.000 benih benur. 

Untuk yang medium ( sedang ) luasnya berkisar 1300m, dengan maksimal tebar benur sebanyak 250.000. Untuk ukuran large ( besar), luasnya berkisar 2800m, dengan maksimal tebar sebanyak 300.00 benur. Lambat laun, kegiatan pertambakan ini diikuti yang lainnya, sehingga saat ini area pertambakan di pesisir pantai Ketawangrejo terbilang cukup banyak. Selain dampak positif, dampak negatif kegiatan penambakan udang adalah ketika sisa makanan udang tidak diolah dengan benar maka akan menjadi racun sehingga dapat menimbulkan pencemaran air dan pencemaran tanah.

Pak Suwardoyo juga menjelaskan, udang yang dibudidayakan adalah jenis udang Vanamei, dengan kelebihan konsep budidayanya lebih gampang, berkonsepkan kolam semi konvensional dengan alas untuk dasar kolam disebut dengan mulsa dan kincir air sebagai penambah oksigen. Kelebihan lain dalam mebudidayakan udang vanamei yaitu penentu jualnya berdasarkan zise ( ukuran ). Dimana semakin kecil ukurannya, semakin tinggi pula harga jualnya. Jenis makanan udang yang dipakai yaitu merk evergreen dengan kandungan protein sedang. Pemberian makanan pada udang disesuaikan dengan DOC ( umur udang ). Udang yang baru berumur 1 minggu diberi pakan 2x sehari waktu pagi dan sore dengan sistem tabur. Untuk udang yang berumur 2 minggu diberi pakan sebanyak 3x sehari waktu pagi, siang, dan sore dengan sistem tabur. Berbeda dengan udang yang berumur 2 minggu, pemberian pakan dilakukan sebanyak (4x sehari) waktu pagi, siang, sore, dan malam, namun hanya setengah dengan sistem tabur pula.

Menurutnya ada banyak faktor penyebab gagal panen, yang pertama adalah kualitas bibit udang ( benur). Terkadang ada beberapa oknum benur yang kurang jujur mengakibatkan kualitas yang didapat kurang bagus. Ada sepuluh jenis udang yang beredar dipasaran. Empat diantaranya adalah SUMA, STP, SAMSUNG, dan AYEN. Bibit udang (benur) diperoleh dari beberapa kota di Indonesia seperti : Jawa Timur, Bali, dan Lampung. Faktor yang kedua adalah karena alam. Alam sangat berpengaruh terhadap kondisi udang, utamanya pada kualitas air. Ketika hujan ataupun panas, hal ini mengakibatkan ph, sanilitas,dan kadar garam akan mudah berubah sehingga perlu menstabilkan semuanya di Lab. Faktor ketiga dikarenakan matinya kincir air yang berfungsi untuk menambah oksigen, sehingga berimbas pada kematian massal udang. Langkah utama dalam mengantisipasi gagal panen adalah dengan peningkatan pengawasan terutama pada air. 

Air adalah hal paling pokok dalam dunia pertambakan dan merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam panen. Dalam kegiatan pertambakan tentu tak lepas dari serangan hama. Hama yang dimaksud disini bukanlah hama seperti predator melainkan berupa virus. Ada 3 jenis virus yang sering menyerang udang, diantaranya APEN,MIO, dan Berak Putih. Jika virus menyerang udang dan tidak segera ditangani lebih lanjut, maka akan mengakibatkan kematian udang atau panen dini. Banyak kendala yang ditemui petani udang dilapangan, salah satunya bagaimana cara mengatasi bau air ditambak. Hal yang perlu dilakukan yaitu dengan menjaga kualitas air dan sering melakukan control, serta sipon (pembersihan sisa makanan udang dan kulit udang/molkin). Penggantian air di tambak tak seperti penggantian air pada aquarium. Ketika proses sipon telah selesai, volume air tentu akan berkurang, sehingga perlu dilakukan penambahan air dari laut. Langkah selanjutnya melakukan pengecekan air untuk menyeimbangkan PH air serta kadar garam. Kendala berikutnya berkaitan dengan harga, yang berdampak pada FCR yang membengkak. Untuk memaksimalkan kualitas udang yang bagus, pengelolaan tambak udang memberikan beberapa jenis obat. 

Jenis obat yang sering dipakai petani tambak diantaranya : M4, molase atau tetes tebu untuk menyeimbangkan kadar PH air yang tinggi dan kapur glowit untuk menambah kalsium pada udang. Normalnya dalam satu tambak mampu memperoleh 1,8 ton sampai 2 ton udang. Ciri ciri udang siap panen adalah udang yang sudah pecah size, dengan ukuran tertinggi 20 ekor/Kg. Sebelum masuk masa panen, kerjasama dilakukan dengan pihak suppliyer pakan. Sesudah masuk masa panen kerjasama dilakukan dengan pihak bayer udang (PT.Global Cari Deajaya). Nantinya, penjualan udang akan disesuaikan dengan tingkat ekonomi masyarakat.

Nama Kelompok:
1. Risma (192180080)
2. Sobiyatul Mutamima (192180081)
3. Laila Turrochmah (192180083)
4. Dimas Angga Lesmana (192180084)
5. Raysita Cahya Anggraeni (192180108)

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Muhammadiyah Purworejo

Iklan

×
Berita Terbaru Update