![]() |
dokumentasi Titiek Puspa/foto istimewa |
Dilansir dari Wikipedia, Titiek Puspa lahir dengan nama Sumarti pada 1 November 1937 di Tanjung, Tabalong, Kalimantan Selatan. Ia merupakan anak dari pasangan Tugeno Puspowidjojo dan Siti Mariam. Banyak yang mengira Titiek Puspa memiliki darah Tionghoa, namun sejatinya ia adalah Jawa tulen, dengan garis keturunan dari Kutoarjo, Purworejo (dari pihak ayah) dan Trenggalek (dari pihak ibu).
Waktu masih bayi, keluarga kecil mereka pindah ke Semarang, karena sang ayah bekerja sebagai mantri dan ditugaskan di RSUP dr. Kariadi, yang pada masa Belanda dikenal sebagai Centraal Burgerlijke Ziekenhuiz. Masa kecilnya tidaklah mudah, apalagi ketika Jepang mulai menjajah Indonesia. Ia sempat merasakan getirnya masa-masa sulit sebelum akhirnya bangkit dan bersinar terang di dunia hiburan.
Nama panggung “Titiek Puspa” diciptakan saat ia mengikuti lomba menyanyi tanpa sepengetahuan orang tuanya. Nama tersebut diambil dari panggilan akrabnya “Titiek” dan “Puspo”, nama sang ayah, yang kemudian ia ubah menjadi “Puspa”. Nama ini juga digunakan sebagai nama orkes pengiringnya, Puspa Sari.
Selama kariernya, Titiek Puspa dikenal sebagai sosok serba bisa di dunia hiburan: penyanyi, pencipta lagu, dan aktris. Karya-karyanya lintas generasi dikenang sebagai bagian dari kekayaan musik Indonesia. Rolling Stone Indonesia bahkan memilih dua lagunya sebagai lagu Indonesia terbaik sepanjang masa.
Titiek mengalami serangan stroke pada 26 Maret 2025 malam saat tengah menjalani proses pengambilan gambar untuk acara realitas di salah satu stasiun TV swasta. Ia sempat mengeluh sakit kepala sebelum akhirnya jatuh pingsan dan dilarikan ke RS Medistra hingga akhirnya wafat.
Jenazah dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta. Kepergian Titiek Puspa meninggalkan duka mendalam, namun warisan karyanya akan terus hidup dalam kenangan bangsa Indonesia.