Notification

×

Iklan

Space Iklan Pituruh News Space Iklan Pituruh News Space Iklan Pituruh News Image Image Image

Garebeg Lowano 2025: Ribuan Warga Tumpah Ruah Rayakan Warisan Budaya Kadipaten

Selasa, 29 Juli 2025 | 08:28 WIB Last Updated 2025-07-29T01:28:31Z

Grebeg Loano di Desa Loano Purworejo
PURWOREJO – Suasana Desa Loano, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo, berubah menjadi lautan manusia pada Minggu (27/07/2025) sore. Sekitar 5.000 hingga 6.000 warga dan pengunjung dari berbagai penjuru memadati kawasan tersebut untuk menyaksikan puncak Garebeg Lowano V, tradisi budaya tiga tahunan yang sarat makna dan sejarah.


Puncak acara ditandai dengan kirab gunungan hasil bumi yang diarak dari ndaleman Pendopo Singgulopuro menuju halaman Masjid Al-Iman Sunan Geseng. Di sepanjang rute kirab, masyarakat tumpah ruah memberi sambutan meriah. Arak-arakan gunungan menjadi simbol rasa syukur atas panen yang melimpah dan doa bersama untuk kesejahteraan desa. Gunungan ini nantinya akan diperebutkan oleh ribuan pengunjung sebagai bentuk ngalap berkah.


Garebeg Lowano tahun ini terasa istimewa. Diikuti oleh 12 dusun, kirab disemarakkan dengan dua ingkung, satu judang, dan kambing guling yang akan disajikan dalam kenduri ageng. Tradisi ini tak hanya menjadi ajang pesta rakyat, tetapi juga sarana pelestarian sejarah dan nilai-nilai luhur warisan leluhur.

Kepala Desa Loano, Sutanto, menegaskan bahwa Garebeg Lowano adalah bagian dari jejak sejarah Kadipaten Lowano yang pernah berjaya pada abad ke-13. Ia menyebutkan bahwa tradisi ini menjadi pengingat akan sembilan tokoh Adipati, mulai dari Pangeran Haryo Bangah hingga Adipati Gagak Handoko.


“Garebeg ini bukan sekadar karnaval, melainkan ritual budaya yang menggambarkan identitas Loano. Ini adalah warisan yang dibangun dari swadaya dan kebersamaan warga,” ucap Sutanto. “Saya akan segera mengakhiri masa jabatan sebagai kepala desa, namun harapan saya, siapa pun pemimpinnya nanti harus menjaga tradisi ini agar tetap hidup.”


Antusiasme warga pun luar biasa. Lebih dari seribu warga terlibat langsung sebagai peserta kirab. Partisipasi kolektif ini menegaskan kuatnya semangat gotong royong dalam masyarakat Loano.


Turut hadir dalam acara ini sejumlah pejabat dan tokoh, di antaranya perwakilan Bupati Purworejo, Yuli Hastuti, yang diwakili oleh Imam Ciptadi dari DINSOSDALDUKKB Kabupaten Purworejo, jajaran DPRD, para kepala desa, Direktur PDAM Tirta Perwitasari Hermawan Wahyu Utomo, Forkopimcam Loano, hingga pelaku budaya lokal.

Dalam sambutannya, Imam Ciptadi menyampaikan apresiasi dari Bupati Purworejo terhadap Garebeg Lowano yang dinilai memiliki nilai historis, spiritual, dan lokalitas yang tinggi.


“Tradisi ini tak hanya merawat sejarah, tetapi juga menguatkan karakter masyarakat di tengah modernisasi. Ini adalah wajah kebudayaan Purworejo yang harus terus dihidupkan,” ungkapnya.


Ia juga menyebut ritual Tandya Bhakti Pradja, kirab hasil bumi, hingga kenduri agung sebagai simbol dari permohonan atas kesuburan, keselamatan, dan keberkahan.


“Tradisi ini sejalan dengan visi Kabupaten Purworejo yang Berseri — Berdaya Saing, Religius, dan Inovatif. Kirab hasil bumi mencerminkan religiusitas yang dibungkus dengan gotong royong, menjadi jati diri masyarakat kita,” imbuhnya.


Garebeg Lowano 2025 bukan sekadar pertunjukan budaya. Ia adalah cermin kekuatan kolektif, kebanggaan lokal, dan semangat untuk terus merawat warisan leluhur agar tetap berdenyut di tengah kehidupan modern. Sebuah pesan bahwa sejarah bukan untuk dilupakan, melainkan untuk terus dihidupkan.

×
Berita Terbaru Update