![]() |
Mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) |
Berangkat dari keprihatinan tersebut, mahasiswa UNS melalui pendekatan edukatif dan aplikatif mengajak warga Desa Prigelan menanam sayur-sayuran konsumsi sehari-hari menggunakan polybag di pekarangan rumah masing-masing. Dengan target minimal 10 polybag per rumah, warga menanam berbagai jenis tanaman seperti cabai, tomat, kangkung, bayam, dan terong.
Kegiatan ini mendapat pendampingan langsung dari tim mahasiswa, yang memberikan pelatihan sederhana tentang teknik menanam, pembuatan pupuk organik dari limbah rumah tangga, serta metode perawatan tanaman yang efisien. Selain memberi manfaat ekonomi, program ini juga menanamkan nilai kemandirian, keberlanjutan, dan kepedulian terhadap lingkungan.
Respon masyarakat sangat positif. Banyak keluarga mulai memanen sayuran sendiri dan berhasil mengurangi pengeluaran harian. Program ini menjadi langkah awal dalam membangun ketahanan pangan skala rumah tangga, sekaligus meningkatkan kesadaran bahwa bercocok tanam tetap bisa dilakukan meski lahan terbatas.
Melalui gerakan ini, mahasiswa UNS berharap “1 Rumah 10 Polybag” dapat menjadi model sederhana penguatan kemandirian pangan masyarakat pedesaan, terutama di wilayah dengan tantangan lahan sempit dan keterbatasan akses ekonomi. Dari pekarangan rumah, ketahanan pangan dapat dibangun bersama.
Kepala Desa Prigelan, Supratno, menyampaikan apresiasi atas gagasan dan pelaksanaan program tersebut.
“Kami sangat berterima kasih kepada adik-adik mahasiswa UNS yang telah memberikan ide dan pendampingan kepada warga kami. Program ini sederhana tapi manfaatnya luar biasa. Selain mengurangi ketergantungan pada pasokan pangan dari luar desa, warga juga jadi lebih semangat memanfaatkan lahan pekarangan. Harapan kami, kebiasaan menanam ini terus berlanjut meski kegiatan KKN sudah berakhir,” ujarnya.
Dengan sinergi antara mahasiswa dan masyarakat, Desa Prigelan membuktikan bahwa inovasi kecil yang konsisten dapat memberikan dampak besar bagi kemandirian dan kesejahteraan warga.