![]() |
Upacar Bendera Desa Rejosari |
Barisan peserta kali ini tak hanya berbalut pakaian merah putih, melainkan juga bernuansa pedesaan yang kental. Sejumlah warga datang mengenakan pakaian tani lengkap dengan cangkul, sabit, dan caping di kepala. Di sisi jalan, deretan alat pertanian—mulai dari traktor, mesin serit padi, hingga gerobak—diparkir rapi, seakan ikut menjadi saksi bisu perayaan kemerdekaan di desa.
“Ini bentuk syukur kami sebagai petani. Alat-alat ini bukan sekadar benda, tapi teman sehari-hari dalam mencari nafkah, jadi sengaja kami hadirkan di momen bersejarah ini,” ungkap Teguh Widodo (42), salah seorang warga.
Bagi banyak peserta, momen ini lebih dari sekadar peringatan kenegaraan. Susilowati (64), pensiunan guru, mengaku merasakan kebahagiaan yang berbeda. “Upacara di kampung sendiri terasa hangat. Semua warga hadir, dari anak-anak hingga orang tua. Tahun depan semoga lebih meriah lagi dengan lomba yang lebih banyak,” ujarnya.
Kepala Dusun 3 Rejosari, Suparman, menegaskan bahwa seluruh rangkaian acara digelar secara swadaya. “Inilah wujud nyata persatuan di desa. Kami ingin semangat kemerdekaan tidak hanya dirasakan di kota atau instansi, tetapi juga di tingkat dusun, lewat kebersamaan dan sukarela warga,” jelasnya.
Setelah pengibaran Sang Saka Merah Putih, suasana berubah riuh. Anak-anak berlarian mengikuti berbagai lomba, sementara orang tua bersorak memberi semangat. Rangkaian kegiatan HUT RI ke-80 di Dusun 3 Rejosari masih berlanjut hingga Senin (18/8/2025), dengan puncak pengundian hadiah utama berupa Smart TV 32 inci dan berbagai doorprize menarik lainnya.
Dengan segala kesederhanaannya, perayaan kemerdekaan di Dusun 3 Rejosari membuktikan bahwa semangat 17 Agustus tumbuh kuat dari desa. Bukan hanya melalui upacara, tapi lewat gotong royong, syukur, dan rasa kebersamaan yang menyatukan warga lintas usia.