![]() |
| Semangat Warisan Budaya Purworejo Membara di SDN Prapaglor Lewat Tari Cing Po Ling/foto syukron |
Tari Cing Po Ling sendiri memiliki nilai sejarah yang mendalam, menjadikannya Warisan Budaya Tak Benda Indonesia sejak tahun 2021. Kesenian ini diperkirakan muncul sejak abad ke-17 di Desa Kesawen dan merupakan penyamaran dari latihan bela diri para pengawal Demang Kesawen ketika hendak menghadiri pertemuan di Kadipaten Karangduwur pada masa kolonial. Nama "Cing Po Ling" diambil dari gabungan suku kata terakhir nama tiga pengawal setia Demang, yaitu Krincing (Cing), Dipomenggolo (Po), dan Keling (Ling). Tarian keprajuritan ini memiliki gerakan yang unik dan biasanya dimainkan di ruang terbuka, diiringi alat musik seperti terompet, bende, dan kecer, yang dulunya juga berfungsi sebagai senjata yang disamarkan. Dengan latar belakang sejarah yang kaya tersebut, Tari Cing Po Ling merefleksikan semangat perjuangan dan kecerdikan para leluhur.
Proses diseminasi di SDN Prapaglor ini dipandu oleh dua instruktur tari berpengalaman, yakni Winarni Guru dari SDN Ngandagan, dan Nurulita Rahayu Guru dari SMPN 20 Purworejo. Mereka dibantu oleh satu Asisten Instruktur yang merupakan siswa dari SMPN 20 Purworejo. Kehadiran para instruktur dan asisten muda ini semakin memotivasi siswa SDN Prapaglor untuk mempelajari dan mencintai tarian tradisional daerah mereka. Dengan kesabaran dan ketelatenan, para instruktur memberikan materi Tari Cing Po Ling secara perlahan kepada puluhan siswa SDN Prapaglor. Winarni dan Nurul, dibantu oleh asisten siswa, mulai mengajarkan setiap gerakan dasar yang sarat makna dari tarian keprajuritan ini, mulai dari posisi tubuh, teknik langkah, hingga cara memegang properti, memastikan setiap detail gerak yang merepresentasikan semangat dan kecerdikan prajurit dapat dipahami dengan baik oleh anak-anak. Metode pengajaran yang bertahap dan komunikatif ini membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, memungkinkan para siswa, terutama dari kelas empat dan lima, untuk menyerap esensi dari warisan budaya Desa Kesawen ini tanpa merasa terbebani.
Khalimatus Sa'diyah, selaku Kepala Sekolah SDN Prapaglor, mengungkapkan harapannya yang besar terhadap penyelenggaraan acara ini. Beliau berharap bahwa dengan adanya diseminasi Tari Cing Po Ling ini, “siswa-siswi dapat mengenal lebih dekat dan menumbuhkan rasa cinta serta bangga terhadap warisan budaya daerahnya sendiri, kesenian ini tidak hanya sekadar dipelajari, tetapi juga dapat dilestarikan dan menjadi bagian integral dalam kegiatan seni di sekolah, sehingga keberlanjutan tradisi Cing Po Ling di kalangan generasi penerus dapat terjamin.” pungkasnya.
Kontributor : Syukron
Editor : Bayun
Editor : Bayun

