Salwianto merupakan pria lulusan S2 Fakultas Berbahasa Inggris ini mampu mendirikan bimbingan belajar berbeda dengan bimbel lainnya, BSC ini berlokasi di dua tempat Kutoarjo dan Purworejo dengan mematok biaya sebasar Rp. 10.000 untuk semua mata pelajaran les.
Pada saat ditemui oleh Tim Pituruh News,Rabu, (23/03/2022) Salwianto mengatakan bahwa bimbelnya ini jika ada anak yang ingin hendak belajar dirumahnya, ia gratikan seluruh biaya les.
“Sebagai guru dan orang desa, saya bisa merasakan beban orang tua dalam
menyekolahkan anak-anaknya. Lembaga bimbingan belajar besar rata-rata
membandrol harga 5 juta hingga 19 juta rupiah untuk les masuk perguruan tinggi
negeri (UTBK). Itu jelas tidak terjangkau untuk anak-anak kalangan bawah.” tambah Salwi.
Salwianto juga menjelaskan, bahwa masih
banyak anak-anak kalangan bawah yang ke
sekolah itu melalu perjuangan. Ada yang berangkat harus numpang temanya karena
motor hanya satu dan dipakai bekerja orang tuanya, ada yang harus naik sepeda
ontel dengan jarak yang cukup jauh, bahkan beberapa ada yang nyambi kerja atau
jualan. Mereka adalah anak-anak yang mau maju dan harus dibantu termasuk
didukung untuk mendapatkan akses bimbingan belajar yang terjangkau.
“Alhamdulillah kami bertemu orang-orang baik yang berhati mulia yang punya kecintaan yang tinggi dalam pendidikan, di Purworejo ada Pak Pujo seorang pensiunan guru yang menyedekahkan salah satu rumahnya untuk ditempati les BSC. Di Kutoarjo ada SMA Muhamadiyah, yang meminjamkan kelas-kelasnya untuk kegiatan les. Niat kami sama, ingin berbagi dengan sesama.” imbuhnya.
Bina Siswa Cendikia (BSC) Purworejo ini untuk melayani para siswanya, Bimbingan Belajar dan Motivasi bernamakan Bina Siswa Cendikia (BSC) diampu oleh tiga belas tentor dan empat diantaranya telah berpendidikan S2. Dan secara berkala mengadakan kegiatan motivasi dengan mengadirkan motivator atau mahasiswa asing.
"BSC melayani pendampingan belajar sistem kelompok jenjang SD, SMP, SMA dan juga untuk kelas UTBK, Tes Kedinasan, TOEFL, TOEIC dan English Conversation dengan biaya sama sepuluh ribu rupiah. Dan bagi yang benar-benar tidak mampu digratiskan." pungkas pria yang pernah menjadi dosen di Sekolah Tinggi Pendidikan Islam dan Politeknik.(PN/Lt)