Notification

×

Iklan

Ekologi Ekosistem di Sekolah Dasar dengan Pendekatan Lingkungan dan Pemanfaatan Barang Bekas

Kamis, 27 Oktober 2022 | 07:09 WIB Last Updated 2022-10-28T00:11:01Z

Desa semagung merupakan salah satu desa yang terkenal akan keindahan perkebunan dan perhutanan. kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya, serta butuhnya manajemen pengelolaan sampah yang tersistem dari pemdes agar kali/sungai selalu terjaga. Bagaimana pengelolaan ekologi di SD N Semagung Kecamatan Baglen?menurut ibu Sarwi S.Pd. guru kelas 4 SD N Semagung sebagai nara sumber yang kami wawancarai, bahwa di sekolah SD Semagung pembelajaran ekologi di gunakan dengan cara mengelola bahan bekas sampah yang di manfaatkan seperti Botol aqua gelas , Ceting nasi di jadikan pot bunga, dan ada juga koran di jadikan kerajiinan wadah tisu yang di linting rapih dan menarik. 

Dari sekian limbah rumah tangga ada yang sangat berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia yaitu sampah anorganik khususnya sampah plastik, yang keberadaannya kadang dianggap kecil. Plastik memang salah satu ‘musuh’ terbesar lingkungan, botol plastik bekas minuman dalam kemasan salah satunya. Seperti yang diketahui bahwa plastik berdampak buruk bagi lingkungan karena sifat plastik yang memang susah diuraikan oleh tanah meskipun sudah tertimbun bertahuntahun. Pemanfaatan sampah anorganik adalah salah satu yang bisa dilakukan oleh seluruh masyarakat untuk menjaga kelestarian lingkungan. Salah satu cara sederhana yang dapat diterapkan di sekolah dasar untuk meningkatkan kesadaran siswa terhadap lingkungan yaitu memanfaatkan botol plastik bekas sebagai media tanam d.engan menggunakan konsep hidroponik sumbu atau sistem wick.

Koran merupakan salah satu media informasi yang dicetak pada kertas yang berisi berita terkini dari politik sampai sindiran lewat karikatur sehingga diminati semua kalangan tidak terkecuali. Namun koran yang sudah selesai dibaca oleh pembeli biasanya diabaikan bahkan dibuang atau dijual ke tukang loak karena akan mengotori rumah. Pemanfaatan barang yang sudah tidak berguna dengan memanfaatkan kreativitas individu atau kelompok untuk menciptakan lapangan pekerjaan termasuk kedalam industri kreatif. Salah satu pelaku usaha indsurti kreatif dalam kerajinan di Solo yaitu Dipik Craft dengan hasil olahan koran bekas yang diproduksi menjadi tas, wayang, tempat lampu, frame foto dan lain-lain sesuai keinginan pembeli. Di-pik Craft mengolah koran bekas dengan 4 (empat) macam teknik secara manual, yaitu teknik linting, teknik plintir, teknik anyam dan teknik bubur koran sehingga mengakibatkan waktu produksi lama dan menyebabkan mahalnya biaya produksi, salah satunya teknik linting. Proses pelintingan koran memerlukan waktu yang lama karena fokus pada kepadatan lintingan koran, tidak seperti teknik linting pada umumnya yang menggunakan lidi sebagai alat pelinting koran karena menimbulkan lubang didalamnya. Dari hal ini, peneliti merancang dan membuat alat pelinting koran dengan menggunakan metode reverse engineering dengan mengacu pada alat pelinting rokok. Pengunaan metode reverse engineering dapat diterapkan karena bisa menciptakan kembali model dengan baik dan bernilai tinggi dengan membutuhkan pemahaman tentang fungsi bagian dari model dan keterampilan untuk meniru karakteristik model (Kumar dkk, 2013).  

Pada dasarnya pengintegrasikan pendekatan kontekstual dilakukan dengan membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran dengan cara menghubungkannya dengan konteks lingkungan pribadi, sosial, dan budaya siswa (Kadir, 2013). Oleh karena itu, bahan ajar perlu dikemas sedemikian rupa agar dapat dihubungkan dengan sisi kontekstual sehari-hari siswa. Pendidikan dapat menjadi wadah untuk memberikan pengetahuan kebencanaan kepada siswa dan mengembangkan sikap peduli lingkungan. Menurut Rusilawati & Binadja (dalam Atmojo, 2021), Kelebihan pemberian pengetahuan kebencanaan di tingkat sekolah dasar adalah: (1) hasil pendidikan tahan lama dan berjangka panjang, (2) menjangkau jumlah penduduk yang cukup besar untuk masa depan bangsa, dan (3) merupakan waktu yang sangat tepat untuk menanamkan nilai-nilai sosial dan moral kepada siswa.

Azwar (1990) dalam Fadillah (2015) menjelaskan bahwa sampah merupakan sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi ataupun sesuatu yang harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan manusia (termasuk kegiatan industri) tetapi bukan biologis karena kotoran manusia (human waste) tidak termasuk kedalamnya. Ecolink (1996) dalam Marliani mendefinisikan bahwa sampah merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis.

Penulis : Wahyu Budi Utami/Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purworejo

Iklan

×
Berita Terbaru Update