Notification

×

Iklan

Kupas Sisi Tersembunyi "Ndolalak Purworejo", Yayasan Nuhantra Bakti Budaya Gelar Seminar Nasional

Minggu, 11 September 2022 | 10:14 WIB Last Updated 2022-09-12T03:15:03Z

KUTOARJO, (pituruhnews.com)  - Yayasan Nuhantra Bakti Budaya Purworejo, Jawa Tengah, menggelar Seminar Nasional mengupas sisi tersembunyi Dolalak (seni tari khas Purworejo), di Pendopo Rumah Dinas Wakil Bupati Purworejo, Kutoarjo, pada Sabtu 10 September 2022. 

Seminar nasional yang dimoderatori oleh pengajar Fakultas Ilmu Budaya UGM, DR. Sudibyo, M.Hum dengan mengambil tema Dolalak, Riwayat Yang Tak Terkisahkan itu menghadirkan tiga pembicara, yaitu pengajar Fakultas Ilmu Budaya UGM, DR. Djarot Heru S, M.Hum, penari Dolalak group Kusuma Jati, Kutoarjo, Azhadiyanti, dan Budayawan Purworejo, Soekoso DM, S.Pd.


Selain mengupas sisi tersembunyi Dolalak, Seminar juga diisi dengan peluncuran produk Li Scarf 'Dolalak Edition, dan pameran lukisan bertema Dolalak.


Seminar juga menjadi semarak dengan penampilan seni tari Dolalak dari Group Kusuma Jati, Kutoarjo.  

Hadir dan mengikuti seminar itu, Kabid Kebudayaan pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Kabupaten Purworejo, Dyah Woro Setyaningsih, pelaku seni tari Dolalak se Purworejo, tokoh budayawan dan pemerhati seni Purworejo.


Seminar itu tak hanya diikuti secara offline namun juga secara online (zoom metting) dan live youtube oleh Kominfostasandi Purworejo.


Ketua kegiatan Seminar Nasional, DR. Sudibyo, M.Hum, mengatakan, sesuai dengan judul seminar, kegiatan seminar itu dilaksanakan untuk mengangkat isu yang selama ini mungkin belum pernah dibicarakan secara luas tentang sehubungan dengan Dolalak atau Angguk di Purworejo. 


"Makanya kami mengambil tema Riwayat Yang Tak Terkisahkan, harapanya ingin memperkaya wacana tentang Dolalak, tentang Angguk, bahwa Dolalak dan Angguk itu ternyata tidak satu warna dan Dolalak itu ternyata sangat plural, jadi ini yang paling penting ke depan yang perlu diperhatikan kalau mau branding memang harus ada kesepakatan dulu sebenarnya, titik tolak yang branding itu yang mana," ujar Sudibyo, saat ditemui usai kegiatan.

Dijelaskan, dalam seminar itu tiga pembicara menyampaikan materi maupun gagasan yang berbeda sesuai dengan bidang yang ditekuni. Penari Dolalak group Kusuma Jati, Kutoarjo, Azhadiyanti, mengungkapkan sesuatu yang menarik dengan mengangkat tafsir Dolalak dari tradisi Sufisme Nusantara yang bergerak dari barat ke timur dan salah satunya sampai disatu wilayah yang namanya Panjer, yaitu wilayah penting sejak masa kesultanan Sultan Agung yang menyerang Batavia, juga memberikan wawasan tentang makna atau arti gerak, musik, lagu serta baju yang dipakai dalam seni tari Dolalak.


Kemudian Budayawan Purworejo, Soekoso DM memberikan testimoni tentang perjalanan Dolalak dari awal hingga akhir sampai modernisasi baru dalam seni Dolalak. Adapun pengajar Fakultas Ilmu Budaya UGM, DR. Djarot Heru S, M.Hum, karena beliau memiliki lebih banyak fokus dalam hasil penelitian dan beliau lebih banyak mengamati Dolalak Kaligesing, maka banyak yang dipaparkan tentang Dolalak Kaligesing. 


"Dan dari seminar itu hasilnya mengatakan bahwa perbedaan itu sebenarnya adalah sesuatu yang sangat wajar dan itu harus disyukuri karena menjadi padat khasanah kekayaan seni tari Dolalak," jelasnya.


Sudibyo berharap, bahwa hal yang paling penting dalam Dolalak itu adalah plural. Jadi justru dengan Pluralitas itu yang harus dijaga karena kesenian rakyat adalah ekspresi masyarakat yang paling dasar. 


"Bisa berbeda-beda tidak harus berpikir tentang bentuk homogin yang harus satu, harus begini dan begitu itu tidak, semuanya harus dihargai dan dihidupi dan itu merupakan kekayaan kebudayaan di Purworejo.  Maka saya berpesan kepada para pelaku seni umtuk tetap berkaryalah dan terus berkreasi, saya rasa itu yang paling penting, jadi kreasi baru terus harus dibangkitkan tetapi bahwa ada bentuk yang lain itu harus dihargai, perbedaan itu tidak menjadi perbedaan pendapat dan semuanya pantas untuk diberikan kesempatan pentas," terangnya.


Sementara itu, Kabid Kebudayaan pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Kabupaten Purworejo, Dyah Woro Setyaningsih, mengapresiasi atas diselenggarakanya seminar nasional tentang Dolalak itu.

"Ini menjadi sesuatu penyemangat bahwa ketika sudah ada keinginan dari masyarakat untuk bangkit, menjawab keresahan kita juga ketika kebudayaan kita yang menjadi cirikhasnya Purworejo, yaitu tari Dolalak ini kemudian mau kita bahas lagi, mau kita kembalikan lagi seperti apa to, dan luar biasanya saya baru ngerti ketika dijelaskan bahwa dalam Dolalak itu tanganya, kostumnya seperti ini dan artinya apa itu saya juga baru ngerti, ternyata ada ruh ada sesuatu yang makna dalam, nah ini yang kemudian menjadi PR kami di dinas untuk menindaklanjuti hal semacam ini agar tau semua apapun, kemudian kita akan rembug lagi sehingga pada saatnya nanti sesuai dengan programnya bahwa Dolalak itu inginya menjadi branding bahwa Dolalak itu milik Purworejo," kata Woro.


Diakui, guna melesatarikan seni tari Dolalak itu, dinas telah melakukan berbagai cara dan langkah yaitu dengan melakukan pembinaan.


"Dan pelestarianya justru yang kita harus mengikat keinginan pasar memang tidak bisa. Misal tidak boleh seperti ini seperti itu, terus yang mau kasih makan siapa, nah itu bisa menjadi polemik tapi ketika ini diberikan kesempatan oleh dinas untuk tampil kita coba kembalikan ke pakemnya, gerakanya, iringanya juga, kemudian tidak banyak tambahan," jelasnya


Woro berharap kedepan hal urun rembug semacam seminar itu akan lebih sering dilakukan, dan menjadi terakomodir dari apa yang diharapkan oleh masyarakat, yaitu dari dua sisi, tidak hanya dari pemerintah saja tetapi dari masyarakat, pelaku seni seperti apa.


"Berharapnya tidak fokus didalam perbedaan, kemudian akan menjadi branding turis di Purworejo," harapnya.

Iklan

×
Berita Terbaru Update