![]() |
Rr. Farida |
Lebih dari 20 buku panduan keagamaan telah ia susun, mayoritas menggunakan aksara Arab Pegon—sebuah warisan literasi Islam Nusantara yang kini kembali diminati. Awalnya ditulis untuk kebutuhan internal Majelis Taklim Ziyadatul Hikmah dan Madrasah Diniyyah Al-Hikmah yang ia asuh, buku-buku itu kini digunakan oleh lembaga keagamaan di Magelang, Kebumen, Temanggung, Wonosobo, bahkan sampai Daerah Istimewa Yogyakarta.
Menariknya, proses pembelajaran di majelis taklim yang ia bina tidak hanya pasif. Para ibu rumah tangga yang tergabung dalam kelompok pengajian justru aktif membaca dan menghafal kitab-kitab tersebut. Ini menjadi pendekatan yang langka, karena metode menghafal biasanya hanya identik dengan kalangan santri muda.
Respons positif atas karyanya bahkan datang dari forum pimpinan Madrasah Diniyyah se-Jawa Tengah dan DIY, ketika Rr. Farida mempresentasikan model pendidikan berbasis kitab Pegon yang ia gagas. Di hadapan para pimpinan lembaga, pendekatan ini dinilai mampu menjembatani pemahaman agama dengan konteks masyarakat lokal secara praktis dan berkelanjutan.
Di luar aktivitas menulis dan mengajar, Rr. Farida dikenal aktif dalam berbagai organisasi keagamaan perempuan, seperti Muslimat NU, Fatayat NU, serta jaringan penghafal Al-Qur’an dan forum guru madrasah. Jejak kiprah ini menunjukkan bahwa dakwah bukan hanya urusan podium dan ceramah, tetapi juga kerja sunyi di balik lembar-lembar kitab yang ditulis dan diajarkan.
Apa yang dilakukan Rr. Farida bukan semata tentang menulis kitab, melainkan menyalakan obor pendidikan agama yang ramah, inklusif, dan berakar pada tradisi lokal. Dari Purworejo, semangat itu terus menyebar, menumbuhkan literasi Islam di banyak tempat, dari mushola kecil hingga madrasah pelosok desa.