![]() |
kegiatan Harlah Fatayat ke-75 di GOR Sarwo Edhi Wibowo |
Tak hanya menjadi ajang peringatan historis, Harlah ke-75 Fatayat NU menjadi refleksi atas peran besar organisasi perempuan muda Nahdliyin dalam membina keluarga, menjaga moralitas generasi muda, serta menjadi penghubung nilai-nilai agama, budaya, dan kehidupan sosial.
Ketua PC Fatayat NU Kabupaten Purworejo, Yusriana Azizah, menekankan bahwa Fatayat hadir tidak hanya sebagai organisasi keagamaan, tapi juga sebagai ruang pemberdayaan perempuan dan pelaku aktif dalam penguatan kehidupan sosial.
"Fatayat adalah rumah bagi para perempuan muda untuk belajar, bertumbuh, dan mengabdi. Di sinilah mereka memperkuat peran sebagai pendidik dalam keluarga, pelayan umat di masyarakat, sekaligus mitra strategis pemerintah dalam pembangunan," ujarnya.
Dengan tema “Organisasi Digdaya, Perempuan Berdaya dan Berkarya,” peringatan Harlah ini menjadi cerminan bahwa perempuan Fatayat telah melampaui batas domestik. Mereka terlibat aktif dalam kegiatan sosial seperti pengobatan gratis, santunan anak yatim, dan bazar UMKM kader. Kolaborasi dengan lembaga seperti LAZIZNU dan BAZNAS menjadi bukti nyata peran Fatayat sebagai penghubung antara masyarakat bawah dan akses layanan yang lebih luas.
Dalam momentum itu pula, ribuan kader Fatayat dari berbagai kecamatan menunjukkan semangat kebersamaan dan kekompakan. Tahlil Kubro dan Pengajian Akbar yang menghadirkan Katib ‘Aam PBNU KH. Akhmad Said Asrori menjadi penguat spiritual, sementara penampilan hadroh, tari Saman, dan paduan suara menegaskan eksistensi perempuan muda NU sebagai penjaga budaya sekaligus pengisi ruang publik.
Wakil Bupati Purworejo Dion Agasi Setiabudi, dalam sambutannya menyampaikan bahwa peran Fatayat NU sangat strategis, terutama dalam pembinaan generasi masa depan. “Perempuan adalah madrasah pertama bagi anak-anak. Ketika perempuan kuat, keluarga kuat. Dan saat keluarga kuat, bangsa ini juga akan kuat,” ucapnya.
Ia pun mengajak seluruh anggota Fatayat NU untuk terus memperkuat peran sebagai agen perubahan sosial dan mitra pemerintah dalam pembangunan karakter bangsa yang berakhlakul karimah.
Harlah Fatayat ke-75 ini bukan hanya perayaan usia, tapi juga menjadi pernyataan bahwa di balik kekuatan spiritual dan sosial masyarakat, ada peran nyata perempuan muda Nahdliyin yang terus bekerja dalam diam namun berdampak besar.